POLITIK BISA SAJA
SUCI
Politik itu tai
kucing. Pandangan negatif terhadap politik yang menghujat dirinya sebagai
kotoran binatang sering kita dengar dan bahkan mungkin pernah kita ucapkan.
Bukan tanpa sebab kita merendahkan politik yang notabene merupakan salah satu
bidang kelilmuan di ranah sosial yang pada kenyataannya sering disalahgunakan
oleh para penggunanya untuk melindungi kepentingan pribadi mereka. Hal ini
menyebabkan fluktuasi di dalam alam demokrasi ini.
Bukan suatu kesalahan ilmu politik ketika masyarakat merasa
dirugikan dengan adanya bidang keilmuan ini. Toh ilmu ini juga sebenarnya
memiliki manfaat dan daya guna yang besar bagi kita. Misal, ketika menghadapi
keadaan dimana kita diharuskan untuk mengutamakan sebuah kepentingan yang
berdampak besar bagi diri kita dan/atau orang lain, dengan catatan bahwa
kepentingan tersebut masih dalam kirodor yang jelas dan tanpa merugikan orang
lain. Di saat ini kita boleh saja menggunakan politik, karena memang tujuan
adanya ilmu politik adalah untuk itu.
Lalu, mengapa kita
menghujat politik?
Bila kita akan menjawab pertanyaan ini, kita tidak dapat
terlepas dari subjek ilmu politik. Salah satunya yaitu politisi. Mereka adalah
praktisi utama dalam menjalankan roda politik, yang dalam hal ini kita
memberikan batasan pada konteks pemerintahan dan kenegaraan. Pada keadaan ini, melalui
pemilihan umum yang telah disepakati sebagai salah satu bentuk demokrasi
sebagai sarana yang digunakan masyarakat untuk memilih wakil mereka yang duduk
di pemerintahan, dengan maksud sebagai jembatan untuk kepentingan-kepentingan
mereka, sering kali terjadi pengingkaran terhadap kesepakatan yang muncul saat
mereka terpilih sebagai seorang wakil. Hal ini tentunya membuat gerah para
pendukung mereka yang merasa dicurangi dan bahkan yang bukan pendukung mereka
akan semakin bersemangat melempar hujatan.
Politik bisa saja
suci. Pasti bisa dan akan selalu terbuka kesempatan untuk membenahi ini.
Titik pembenahan ini tidak melulu pada teori-teori yang banyak diperdebatkan
oleh para pakar, namun pada diri kita itu sendiri. Bagaimana cara kita
menggunakan politik sebagai sebuah kebaikan untuk kehidupan manusia. Bukan
menggunakannya sebagai kendaraan untuk menumpas kepentingan lain, namun untuk
melakukan kompromi dan mencari alternatif pada perbedaan yang terjadi.
Terima kasih.
No comments:
Post a Comment