Salam Budaya!
“Kalau ada yang bisa
membuat patung wajah kang Jek (sebutan pak Bibit) dengan tlethong, akan saya tunjukkan wajah dari tlethong itu, kemudian
dipupukkan pada tanaman.” ujar Helmi Prasetya (Teater Ruang).
Saya awali tulisan
ini dengan kutipan itu, sebab rasanya analogi dari Helmi itu dapat mewakili
konsep acara 100 hari meninggalnya Joko “Bibit” Santoso (JBS). Kalimat itu
membawa saya pada kenangan membersihkan tlethong bersama JBS, mencangkul,
melihat ia memandikan kambing, dll yang tentunya selalu ia katakan “Iki lho teater!!!”
Itu hanyalah sedikit
dari sekian banyak “iki lho teater” yang
dimaksud JBS tentunya. Banyak yang telah diajarkan, ditinggalkan, diwariskan.
Tentunya kenangan atas itu pulalah yang telah menghimpun sekian orang ini untuk
menghelat acara 100 hari ini.
Memang tersebab oleh kenangan, tetapi bukan untuk
mengenang saja.
Telah
diputuskan bahwa acara ini bukan lagi sekedar memorial! Tidak hanya untuk
orang-orang yang berkesempatan satu peristiwa dengan beliau semasa hidupnya,
ini adalah tentang tlethong, yakni tentang kelahiran, tentang
keberlanjutan, tentang ketumbuhan, tentang apa saja yang diharapkan akan
tersuburkan oleh tlethong itu.
Udan Donga
Mbibit Kasantosan
Ialah tema acara
yang diangkat pada acara nanti nanti. Udan donga yang artinya menghujani
dengan doa, mbibit bisa berarti mengurai atau membaca JBS, tetapi bisa pula
diartikan mbibit sebagai kata kerja, yakni membuat bakal tumbuh kasantosan,
yang artinya kesentausaan.
Ery Aryani (Teater
Ruang) menambahkan, “kebetulan ini musim hujan, kalau seandainya nanti ketika
acara tersebut hujan, itu akan menjadi sebuah doa untuk tumbuhnya bibit-bibit
kekuatan atau kesentausaan untuk hidup secara luas dan untuk teater khususnya.”
Sanggar Teater Wonogiri
Ialah tempat di mana
acara tersebut akan dihelat. JBS selalu ingin memberi bukti bahwasanya dengan
berteater sungguh-sungguh dan totalitas, seseorang akan hidup dan menghidupi.
Tanah seluas kurang lebih 8.000 m2, milik Teater Ruang itulah salah satu
sejarah yang dapat menjadi referensi bacaan untuk para generasi
seniman/teaterawan nantinya.
Pada kesempatan itu
nanti, Teater Ruang akan memperkenalkan atau melaunching salah satu dari sekian
cita-cita JBS, yakni membuka sanggar tersebut untuk siapa saja memanfaatkkannya
dengan kegiatan-kegiatan kebudayaan. Maka beberapa hari kemarin hingga
sekarang, sebagai persiapan acara, kami bergotong royong untuk membangun kamar
mandi. Bukan sebuah patung atau monumen, sebuah WC. Sebagai fasilitas sanggar
apabila nantinya saudara-saudara menghelat acara di tempat tersebut.
Kurang lebih itulah gambaran perhelatan ini nantinya,
kurang lebih pula itulah yang dicita-citakan JBS, dalam segala keterbatasan
yang kurang lebih pula, mengundang saudara/i untuk hadir pada:
Tanggal/Jam: 20
Januari 2017, 15.00 WIB
Tempat: Sanggar Wonogiri
“Teater Ruang” (Gamping, Rt01/02, Sendangijo)
Penampil: T. Besi
Tua, T. Reakses, T. Tesa, T. Sopo, T. Gadhang, T. Soekamto, T. Kidung, T.
Sangir, T. Sirat, Budi “Bodhot” Riyanto, dan Santi Swara “Slamet Widodo”. (idns)
No comments:
Post a Comment