Saturday, 4 June 2016

Telah Lahir Ekalaya di TK Ar-Rohmah (Idnas Aral)

          Ekalaya adalah salah satu tokoh di cerita Mahabarata. Keahlian memanahnya lebih hebat dari Arjuna. Padahal cara belajarnya hanya dengan melihat latihan memanahnya Arjuna yang diajar oleh Guru Durna. Setelah melihat latihan Arjuna, Ekalaya kemudian berlatih sendiri dengan patung. Dengan cara berlatih seperti itu, ia memiliki kemampuan memanah yang lebih hebat dibanding dengan Arjuna.

          Saya kembali teringat kisah itu, ketika Bu Dwi (guru dari si anak) datang menceritakan perihal Nino yang mengajari dan menyutradarai teman-teman sekelasnya bermain Teater. Nino yang baru saya tahu dari cerita Bu Dwi ternyata adalah salah satu anak yang selalu memperhatikan ketika saya melatih teater di halaman rumah saya. Dari melihat latihan itu, Nino merekam, menafsir, lalu menuangkan kepada teman-temannya.
          Tanpa disadari oleh si anak, ia telah mempraktikkan proses kreatif pertunjukan teater, yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh anak-anak yang berlatih langsung dengan saya, atau bahkan anak dewasa sekalipun. Dan tentunya keberhasilan itu tidak akan tercipta tanpa dukungan teman-teman Nino yang turut serta menggarap pertujukan tersebut. Mereka telah menunjukkan kemampuan berorganisasi, yang tidak semua orang mampu dan mau, karena kecenderungan yang berkembang saat ini adalah sikap individualis.  
Maka melalui tulisan ini saya ingin mengungkapkan kekaguman dan kebanggaan saya kepada anak-anak yang telah menggarap karya saya yang berjudul “Dedolanan”  --yang baru saya tahu ketika diberitahu oleh Bu Dwi.
Di tengah gempuran arus informasi televisi dan dunia maya, ternyata kemurnian masih dimiliki anak-anak TK. Maka, saya semakin yakin bahwasanya akan kembali lahir pemimpin-pemimpin besar seperti Soekarno, Hata, Syahrir, pula seperti Mahatma Gandhi di India. 
Oleh sebab itu, ketika saya diminta untuk menonton lalu memperbaiki pertunjukan itu oleh Bu Dwi, saya menolak karena saya tidak lebih hebat dari mereka. Di usia mereka yang dini, mereka telah menunjukkan karakter dan bibit-bibit kepemimpinan tanpa mereka sadari. Maka adalah tugas kita, para pendidik, entah guru atau orang tua untuk mengembangkan karakter tersebut.
Peristiwa ini adalah fenomena manusiawi di tengah narasi besar reduksi kemanusiaan. Sebab sedang maraknya pendidikan karakter yang justru lebih mengindikasikan penyeragaman karakter. Seringkali membuat saya bertanya-tanya, kita ini dididik untuk menjadi apa? Karena hanya kepatuhan, kepatuhan, dan kepatuhan yang terus ditanamkan.
Kepatuhan memang sangat diperlukan dalam proses pendidikan, tetapi bukanlah satu-satunya asas yang harus dipenuhi. Bukan pula merupakan sebuah lawan dari sikap kritis, yang artinya kepatuhan bisa disertai dengan sikap kritis. Karena tanpa adanya pendidikan sikap kritis untuk para generasi muda, muskil akan ada perubahan untuk Indonesia yang seperti “ini”.
  Apa yang dilakukan oleh Nino dan kawan-kawannya adalah pembuktian bahwa bibit-bibit manusia berkarakter yang akan memimpin bangsa masih ada. Pemimpin-pemimpin berkarakter akan kembali hadir menggantikan para pemimpin-pemimpin yang hanya menjadi objek jaman.
Tetapi semua harapan besar itu muskil terealisasikan tanpa kesadaran para pendidik untuk mengolah bibit-bibit unggul. Para pendidik harus senantiasa menjadi tanah yang “organik”, yang juga tidak tergantung oleh racun-racun jaman edan. Dari situlah bibit-bibit semacam Nino akan tumbuh untuk menyelesaikan krisis kepemimpinan di negeri ini.
Fenomena Ekalaya yang saya temui ini hanyalah satu di antara sekian fenomena bibit kepemimpinan. Nino hanyalah salah satu anak yang telah menunjukkan kualitasnya secara murni. Saya percaya ada berjuta tersebar di seantero nusantara. Jika jutaan bibit itu tidak lahir satu pemimin-pun, maka kita wajib mengutuki diri sendiri.
Demikian tulisan dan harapan saya. Semoga di jenjang pendidikan berikutnya mereka akan mendapatkan tempat yang dapat mengembangkan bakat-bakat kepemimpinan mereka. Karena untuk Indonesia ke depan, merekalah yang akan memimpin. Lahir atau tidaknya seorang pemimpin adalah tanggung jawab kita bersama.

No comments:

Post a Comment