Sunday, 12 June 2016

Hati hati : Orang Teater itu tukang tipu !!! ( Bagus Prakoso )

“Halah..orang Teater itu pasti suka berbohong, hidupnya saja selalu penuh drama, latihan kok latihan buat apus-apus…”

Begitu saja seorang teman mendakwakan apa itu teater pada saya tanpa pernah bertanya apa itu teater dan bagaimana proses teater itu berjalan. Ia mendakwakan bahwa seorang yang hidup dalam sebuah proses teater adalah seorang yang suka berbohong karena setiap hari melatih dirinya untuk berperan sebagai orang lain sebagai bukan dirinya. Tapi, apakah setiap hari kita selalu sama, selalu seperti diri kita sebelumnya dan selalu stabil pada tiap harinya ?

Saya niatkan tulisan kali ini adalah sebuah pembelaan dari apa yang telah didakwakan oleh teman saya kepada saya dan mungkin banyak orang yang tengah menjalani sebuah proses ber-teater. Dan akan saya mulai dari sebuah pertanyaan-pertanyaan kepada siapa saja yang telah membaca tulisan ini.

Apakah kita telah benar-benar paham siapa diri kita masing-masing ? apakah diri kita dapat terwakilkan dari siapa nama kita? Misal seseorang bernama bejo, apakah ‘bejo’ tersebut sudah dapat mewakili seseorang yang bernama berjo tersebut ? ataukan sifat kita yang kita fahami, apakah itu akan dapat menjelaskan siapa diri kita ? bukankan setiap bulan atau bahkan hari sifat kita dapat berubah menurut kondisi dimana kita saat itu berada dan sedang dalam situasi seperti apa, pula banyak faktor lain yang akan mempengengaruhi diri kita ? bukankah seperti itu ? atau bagaimana ?

Jika hari ini kita adalah seorang pemarah dan besoknya kita berubah menjadi seorang yang sangat bahagia, bukankan itu adalah sebuah perubuhan peran? Jika hari ini kita terlihat sangat beruntung dan besok harinya kita menjadi seorang yang sangat sial, bukankan itu juga adalah sebuah perubahan peran ? Atau jika didepan A kita memposisikan diri sebagai seorang pemarah karena memang si A saat itu sangat pantas untuk dimarahi dan saat bertemu B kita menjadi penyayang karena si B adalah seorang yang pantas untuk di sayang, apakah perubahan tersebut adalah kebohongan diri? apakah hal tersebut juga adalah sebuah drama ?

Dalam filosofi jawa dikenal ‘empan papan’, filosofi tersebut berarti bahwa kita harus dapat menempatkan diri dimana kita sedang berada, dengan orang seperti apa yang tengah kita hadapi, sedang pada kelompok mana kita berdiri. Filosofi tersebut menutut kita untuk dapat dinamis memilih dan memilah harus menjadi seperti apa kita pada ruang dan waktu yang berbeda-beda. Apakah hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai pembohongan diri? Dapat dikatakan sebagai sebuah apus-apus?

Karena pada teater, meski saya sedang memerankan orang lain atau dapat dikatakan sedang ‘berbohong’, saya pribadi pula di saat yang sama sedang mencari sebuah kejujuran. Melakukan sebuah proses penelanjangan, mempelajari sifat diri sendiri, mempelajari sifat banyak orang, yang tentunya terbentuk karena latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan dari mana seseorang tersebut berasal. Dengan mempelajari hal terseut di dalam teater, maka saya pribadi akan dapat lebih mudah memilah dan memilih harus bersikap seperti apa dengan orang-orang yang memiliki banyak karakter. Karena memang manusia harus ‘empan papan’, lentur seperti air, menuruti tempat yang sedang didiami, tidak menghilangkan sifat sebagai air, dan tidak melupakan bahwa air adalah air, yang harus berlaku seperti air.

Apakah ‘empan papan’ tersebut juga termasuk sebuah kebohongan ? Bukankan kebohongan adalah kalian yang sampai sekarang masih terjebak dalam arus jaman, yang dengan mudah dipermainkan arus-arus jaman. Adalah kalian yang hingga kini asyik membohongi diri kalian dengan gincu modernitas, tata lampu peradaban yang serba harus import, dengan apa saja yang berbau asing, dengan label-label berbahasa asing. Kalian tipu diri sendiri dan banyak orang demi apa yang dinamakan sebuah kemapanan hidup, kalian bentuk sebuah lingkaran ketidaktauan dengan menidurkan kesadaran di jaman yang makin tidak karuan.

Lalu aku ataukah kalian yang sedang berbohong hari ini ? 

No comments:

Post a Comment