Saturday, 4 April 2020

PUASA PENTAS LEBIH AWAL SEBELUM DATANG BULAN RAMADHAN


Sebelumnya marilah kita, para hadirin yang jumlahnya tidak sampai setengah lusin, berdoa bersama-sama seraya menundukkan kepala untuk sejenak mengenang “arwah” pamflet-pamflet pementasan teater yang “gugur” sebelum hari pementasan tiba, yang mana pada akhirnya dinyatakan gagal pentas sesuai waktu yang dijadwalkan akibat negara kita sedang dilanda malapetaka wabah berbahaya. Semoga tidak benar-benar diundur dalam waktu yang relatif lama, agar para pekerjanya tidak kehilangan mata pencaharian, agar proyek-proyek yang sudah direncakan tidak menderita kerugian terlalu besar, dan pemerintah tidak perlu memberikan dana kompensasi demi keberlangsungan hidup “seniman”. Amiin...

-Sambutan Kepala Redaksi Pada Acara Ulang Tahun ke-2 Koran Medan Prihatin-


                Siapa sangka siapa kira, tahun ini kita dihebohkan dengan wabah yang memberi dampak bagi semua aspek dan sektor kehidupan, satu sama lain saling terkait, pendidikan, kebudayaan, kesenian, ekonomi, barangkali juga politik.  Pemerintah memberi himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Tentunya tidak terkecuali untuk kegiatan seni dan budaya. Solo, kota yang memiliki predikat sebagai barometer peristiwa besar di negara ini telah memulai program tersebut, terhitung sejak hari sabtu tanggal 14 Maret 2020 walikota menetapkan status KLB (kejadian luar biasa), hingga hari ini status darurat penyakit menular tersebut belum dicabut. Kegiatan seni di kota ini secara otomatis tertunda, sebab kebijakan tersebut melarang adanya pengumpulan massa. Sementara kesenian sudah barang tentu termasuk kegiatan yang sifatnya melibatkan banyak orang untuk berkumpul pada suatu tempat. Di media sosial pamflet-pamflet pementasan teater yang sudah terlanjur dipublikasikan kemudian diposting ulang dengan disertai stempel “ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan”. Ya, mau tidak mau, suka tidak suka, harus sama-sama kita terima kenyataan ini.

                Pada musim-musim normal (tidak ada isu wabah), antara bulan Maret hingga minggu terakhir sebelum bulan puasa (untuk tahun ini jatuh pada pertengahan bulan April) biasanya banyak kelompok teater yang sudah merencanakan pementasan mereka. Pamflet pemberitahuan disebarluaskan, penjualan tiket mulai dibuka, jadwal dan porsi latihan bagi para pemain semakin diperketat, dan urusan keproduksian ditata sebaik mungkin. Tetapi tahun ini, tidak sedikit pula kelompok teater yang hendak mengadakan pentas harus gigit jari. Rata-rata dari mereka ternyata bersikap bijak dan sebagai pekerja seni memberikan contoh yang baik kepada masyarakat, yakni dengan tidak menggerutu kepada keadaan, tampak bahagia dalam situasi sulit dan terpaksa mempersempit ruang gerak. Rajin dan ikut andil membantu pemerintah dalam kegiatan sosialisasi kebijakan lockdown melalui akun jejaring sosial mereka. Menyusun kata-kata himbauan, membuat video-video dengan tema seputar fenomena wabah, dan tentunya sambil putar otak atur strategi demi eksistensi diri dan kelompok masing-masing.



Memilih Berpuasa Pentas Untuk Sementara Atau Mencari Alternatif Media Berekspresi

                Puasa berpentas bukan berarti puasa atau libur latihan, secara total melepas segala sesuatu yang sudah dipersiapkan. Proses garapan naskah sebisa mungkin tetap berlangsung, seminimal mungkin sesuai keadaan masing-masing anggota, sambil menunggu situasi kembali normal untuk kemudian menata ulang jadwal. Berat memang, bersabar dan menahan diri, menanti sesuatu yang tidak pasti dan mungkin saja seperti melakukan perjudian, mempertaruhkan keutuhan garapan dari berbagai segi. Bisa jadi nantinya semakin matang dan solid atau malah bubar, gagal total ditinggalkan para anggotanya yang harus segera menjalani jadwal kegiatan lain di luar kelompok. Mengingat sekarang ini kesibukan setiap orang semakin padat, baik yang masih kuliah maupun yang sudah bekerja.

                Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan unjuk diri agar eksistensi serta peran hidup yang dipilihnya tetap tersalurkan, identitas diri yang coba dirintisnya tetap terjaga, dan untuk itu seseorang akan menempuh banyak jalan sesuai porsi masing-masing, melakukan berbagai macam cara yang dapat dilakukan. Perkembangan teknologi komunikasi di jaman serba canggih ini memberi banyak jalan untuk setiap individu memeroleh sarana memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa hari semenjak lockdown diberlakukan, media sosial banjir postingan yang lain dari hari biasanya. Ada yang mengunggah video-video pendek yang kurang lebih terkait dengan isu terkini, ada yang membagikan ulang unggahan lama berisi dokumentasi pementasan, ada pula yang mengupload foto-foto kenangan masa silam.

                Gejala serentak dan kompak berjamaah ini menurut kaca mata kami (Teater Sandilara) adalah indikasi dini pergeseran cara berekspresi di kemudian hari atau mungkin akan dimulai pada masa darurat seperti sekarang. Gencarnya arus teknologi telah banyak mengambil alih berbagai macam hajat hidup manusia, memudahkan dan mempraktiskan urusan, teramat lekat dan erat mencengkeram hari-hari kita. Sedikit demi sedikit masuk dan memberi sumbangan besar terhadap cara pandang kita. Bisa jadi, pada suatu ketika pementasan teater cukup disiarkan melalui youtube, lewat status WA, unggahan Facebook, postingan instagram, atau diedarkan dalam keping DVD yang cukup sekali pentas dan rekaman tersebut dapat digandakan hingga akhir jaman sampai tujuh turunan bahkan lebih.

                Tetapi ini hanya prediksi, sebagaimana ramalan judi togel yang bisa saja benar bisa juga salah. Pada hakekatnya teater memiliki bentuk komunikasi tersendiri antara produsen, dalam hal ini para pelakunya atau pekerjanya (bagi yang mencari penghidupan disini) dengan para konsumen (penonton atau para penikmat, penggemar dlsb). Bentuk media tersebut sudah barang tentu tidak lain dan tidak bukan adalah dengan menggelar pementasan, tatap muka secara langsung dalam keadaan seperti apapun. Sama-sama seni peran atau drama, tapi tentunya lain dengan film, sinetron, iklan layanan masyarakat, atau dokumentasi pementasan yang diunggah ulang di media sosial. Bagaimana serangkaian peristiwa tidak berlangsung dan hadir di depan mata. Berjarak baik secara ruang maupun waktu.

                Sekali lagi anggap saja ini ramalan, sonji judi Tjap Tjie Kie, atau prediksi skor pertandingan sepak bola. Setiap individu maupun kelompok akan memilih cara terbaiknya dalam berteater, menentukan kemasan yang paling tepat untuk menggelar “barang dagangan”, termasuk memilih jalan untuk memenuhi kebutuhan eksistensi dalam rangka meramaikan khasanah perteateran. Pada akhirnya nanti terjadi atau tidak bukanlah tentang salah benar, tetapi tentunya akan ada dampak yang turut menyertai setiap keputusan, dan pastinya tidak lepas dari cara pandang, cerminan ideologi, ketahanan mental, serta pengaruh kebudayaan yang lebih besar yang hari ini dianut oleh masyarakat kebanyakan, di masa wabah, di jaman digitalisasi, di era perburuan legitimasi dan eksistensi.




Surakarta, Minggu Legi, 5 April 2020
11 Sya’ban 1441 H / 11 Rejeb 1953 Wawu,
Mangsa Kasadasa, Wuku Marakeh




Joko Lelur
Mantri Carik Teater Sandilara

No comments:

Post a Comment