Sebelumnya marilah kita,
para hadirin yang jumlahnya tidak sampai setengah lusin, berdoa bersama-sama
seraya menundukkan kepala untuk sejenak mengenang “arwah” pamflet-pamflet
pementasan teater yang “gugur” sebelum hari pementasan tiba, yang mana pada
akhirnya dinyatakan gagal pentas sesuai waktu yang dijadwalkan akibat negara
kita sedang dilanda malapetaka wabah berbahaya. Semoga tidak benar-benar
diundur dalam waktu yang relatif lama, agar para pekerjanya tidak kehilangan
mata pencaharian, agar proyek-proyek yang sudah direncakan tidak menderita
kerugian terlalu besar, dan pemerintah tidak perlu memberikan dana kompensasi demi
keberlangsungan hidup “seniman”. Amiin...
-Sambutan Kepala Redaksi Pada Acara Ulang Tahun ke-2 Koran
Medan Prihatin-
Siapa
sangka siapa kira, tahun ini kita dihebohkan dengan wabah yang memberi dampak
bagi semua aspek dan sektor kehidupan, satu sama lain saling terkait,
pendidikan, kebudayaan, kesenian, ekonomi, barangkali juga politik. Pemerintah memberi himbauan kepada masyarakat
untuk tidak melakukan aktivitas di luar rumah. Tentunya tidak terkecuali untuk
kegiatan seni dan budaya. Solo, kota yang memiliki predikat sebagai barometer
peristiwa besar di negara ini telah memulai program tersebut, terhitung sejak hari
sabtu tanggal 14 Maret 2020 walikota menetapkan status KLB (kejadian luar
biasa), hingga hari ini status darurat penyakit menular tersebut belum dicabut.
Kegiatan seni di kota ini secara otomatis tertunda, sebab kebijakan tersebut
melarang adanya pengumpulan massa. Sementara kesenian sudah barang tentu
termasuk kegiatan yang sifatnya melibatkan banyak orang untuk berkumpul pada
suatu tempat. Di media sosial pamflet-pamflet pementasan teater yang sudah
terlanjur dipublikasikan kemudian diposting ulang dengan disertai stempel “ditunda
untuk waktu yang tidak ditentukan”. Ya, mau tidak mau, suka tidak suka, harus
sama-sama kita terima kenyataan ini.
Pada
musim-musim normal (tidak ada isu wabah), antara bulan Maret hingga minggu terakhir
sebelum bulan puasa (untuk tahun ini jatuh pada pertengahan bulan April)
biasanya banyak kelompok teater yang sudah merencanakan pementasan mereka. Pamflet
pemberitahuan disebarluaskan, penjualan tiket mulai dibuka, jadwal dan porsi latihan
bagi para pemain semakin diperketat, dan urusan keproduksian ditata sebaik
mungkin. Tetapi tahun ini, tidak sedikit pula kelompok teater yang hendak
mengadakan pentas harus gigit jari. Rata-rata dari mereka ternyata bersikap
bijak dan sebagai pekerja seni memberikan contoh yang baik kepada masyarakat,
yakni dengan tidak menggerutu kepada keadaan, tampak bahagia dalam situasi
sulit dan terpaksa mempersempit ruang gerak. Rajin dan ikut andil membantu
pemerintah dalam kegiatan sosialisasi kebijakan lockdown melalui akun jejaring sosial mereka. Menyusun kata-kata
himbauan, membuat video-video dengan tema seputar fenomena wabah, dan tentunya
sambil putar otak atur strategi demi eksistensi diri dan kelompok masing-masing.
Memilih Berpuasa
Pentas Untuk Sementara Atau Mencari Alternatif Media Berekspresi
Puasa berpentas bukan
berarti puasa atau libur latihan, secara total melepas segala sesuatu yang
sudah dipersiapkan. Proses garapan naskah sebisa mungkin tetap berlangsung, seminimal
mungkin sesuai keadaan masing-masing anggota, sambil menunggu situasi kembali
normal untuk kemudian menata ulang jadwal. Berat memang, bersabar dan menahan
diri, menanti sesuatu yang tidak pasti dan mungkin saja seperti melakukan
perjudian, mempertaruhkan keutuhan garapan dari berbagai segi. Bisa jadi
nantinya semakin matang dan solid atau malah bubar, gagal total ditinggalkan
para anggotanya yang harus segera menjalani jadwal kegiatan lain di luar
kelompok. Mengingat sekarang ini kesibukan setiap orang semakin padat, baik
yang masih kuliah maupun yang sudah bekerja.
Manusia sebagai makhluk
sosial memiliki kebutuhan unjuk diri agar eksistensi serta peran hidup yang
dipilihnya tetap tersalurkan, identitas diri yang coba dirintisnya tetap terjaga,
dan untuk itu seseorang akan menempuh banyak jalan sesuai porsi masing-masing,
melakukan berbagai macam cara yang dapat dilakukan. Perkembangan teknologi
komunikasi di jaman serba canggih ini memberi banyak jalan untuk setiap
individu memeroleh sarana memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa hari semenjak lockdown diberlakukan, media sosial
banjir postingan yang lain dari hari biasanya. Ada yang mengunggah video-video
pendek yang kurang lebih terkait dengan isu terkini, ada yang membagikan ulang
unggahan lama berisi dokumentasi pementasan, ada pula yang mengupload foto-foto
kenangan masa silam.
Gejala
serentak dan kompak berjamaah ini menurut kaca mata kami (Teater Sandilara)
adalah indikasi dini pergeseran cara berekspresi di kemudian hari atau mungkin akan
dimulai pada masa darurat seperti sekarang. Gencarnya arus teknologi telah
banyak mengambil alih berbagai macam hajat hidup manusia, memudahkan dan
mempraktiskan urusan, teramat lekat dan erat mencengkeram hari-hari kita. Sedikit
demi sedikit masuk dan memberi sumbangan besar terhadap cara pandang kita. Bisa
jadi, pada suatu ketika pementasan teater cukup disiarkan melalui youtube, lewat
status WA, unggahan Facebook, postingan instagram, atau diedarkan dalam keping
DVD yang cukup sekali pentas dan rekaman tersebut dapat digandakan hingga akhir
jaman sampai tujuh turunan bahkan lebih.
Tetapi
ini hanya prediksi, sebagaimana ramalan judi togel yang bisa saja benar bisa juga
salah. Pada hakekatnya teater memiliki bentuk komunikasi tersendiri antara produsen,
dalam hal ini para pelakunya atau pekerjanya (bagi yang mencari penghidupan
disini) dengan para konsumen (penonton atau para penikmat, penggemar dlsb). Bentuk
media tersebut sudah barang tentu tidak lain dan tidak bukan adalah dengan
menggelar pementasan, tatap muka secara langsung dalam keadaan seperti apapun. Sama-sama
seni peran atau drama, tapi tentunya lain dengan film, sinetron, iklan layanan
masyarakat, atau dokumentasi pementasan yang diunggah ulang di media sosial. Bagaimana
serangkaian peristiwa tidak berlangsung dan hadir di depan mata. Berjarak baik
secara ruang maupun waktu.
Sekali
lagi anggap saja ini ramalan, sonji
judi Tjap Tjie Kie, atau prediksi skor pertandingan sepak bola. Setiap individu
maupun kelompok akan memilih cara terbaiknya dalam berteater, menentukan kemasan
yang paling tepat untuk menggelar “barang dagangan”, termasuk memilih jalan
untuk memenuhi kebutuhan eksistensi dalam rangka meramaikan khasanah
perteateran. Pada akhirnya nanti terjadi atau tidak bukanlah tentang salah
benar, tetapi tentunya akan ada dampak yang turut menyertai setiap keputusan,
dan pastinya tidak lepas dari cara pandang, cerminan ideologi, ketahanan
mental, serta pengaruh kebudayaan yang lebih besar yang hari ini dianut oleh masyarakat
kebanyakan, di masa wabah, di jaman digitalisasi, di era perburuan legitimasi
dan eksistensi.
Surakarta,
Minggu Legi, 5 April 2020
11
Sya’ban 1441 H / 11 Rejeb 1953 Wawu,
Mangsa
Kasadasa, Wuku Marakeh
Joko Lelur
Mantri
Carik Teater Sandilara
No comments:
Post a Comment