Sunday, 22 May 2016

Kaos Trendi Tahun Ini: 65! (Idnas Aral)


Yang Lalu Biar Berlalu! Tapi Jangan Berlalu Begitu Saja!
Ya, sedang marak di kalangan anak muda kita tren kesadaran akan sejarah. Sejarah tandingan dari sejarah formal muncul di permukaan dan menjadi hangat diperbincangkan para kawula muda. Tetapi dasar darah muda, darah birahi, darah gelora buah kuldi! Gejala pereduksian kesadaran sejarah yang sedang terjadi ini teramat keterlaluan, yakni sekadar menjadi life style!
Ya! Setiap manusia ingin menunjukkan eksitensinya. Si A mengatakan dirinya Punk. Si B mengatakan dirinya Vegetarian. Si C berkata bahwa ia Nasionalis. Dan Si ‘yang sedang tren’ mengatakan bahwa ia adalah orang yang sangat peduli dan harus memperjuangkan kebenaran terhadap luka masa lalu bangsa yang mendalam itu.
Ya! Mereka katakan itu. Lalu mereka tunjuk-tunjukkan kepeduliannya dengan membuat kaos, slogan, event, dan segala apapun, yang tentunya akan menunjukkan dan memperlihatkan kepada dunia bahwa ia peduli. Apa tujuan dari segala itu? Saya sangat yakin bahwasanya mereka tulus, tidak berharap apa, dan sangat suci itu mereka punya gerakan.
Ya! Saya percaya itu. Tetapi kenapa tidak engkau renungkan terlebih dahulu wahai para generasi penerus bangsa? Kenapa tidak engkau bedah mendalam terlebih dahulu peristiwa itu? Kenapa tidak mencoba untuk bijaksana meski kita tahu bahwasanya untuk bijaksana itu memang sulit?
Kenapa tidak berpikir panjang, bahwasanya belajar mengenai luka adalah untuk tidak terulang itu luka!
Ya! Saya teramat yakin pada keyakinan saya ini, bahwasanya belajar mengenai luka sejarah adalah untuk tidak terulang itu luka. Tapi apa yang kini terjadi? Kita kutuk peristiwa itu, tetapi kembali memercikkan gesekan-gesekan ideologi. Kita sayangkan sejarah itu, tetapi sembari menabuh genderang bentrok pandangan.
Apa kalian ingin ungkap sejarah kelam itu dengan me-reka ulang kekelaman sejarah itu?
Apa ingin kalian ingatkan sejarah berdarah itu dengan kembali menumpahkan darah?
Tidak! Kalian pasti tidak berpikir seperti itu! Saya sangat yakin bahwa kalian tidak ingin degradasi kemanusiaan itu berulang. Tetapi yang saya takutkan ialah gelora eksistensi anak muda yang sering menjauhkan kita dari esensi sebuah pergerakan. Pula gairah membuncah yang menyeret kita pada gelanggang perdebatan untuk perdebatan. Slogan untuk slogan. Kepalan tangan untuk kepalan tangan, lalu akhirnya jatuh pada kekacauan yang akan dimanfaatkan oleh golongan pencari keuntungan.
Sedang kita tahu, bahwasanya darah yang telah tumpah akan menjelma luka dan dendam tumbuh di sana.
Tidak! Saya tidak ingin itu semua terjadi kembali. Saya sungguh seorang yang takut terhadap kekacauan massa. Saya sungguh penakut di hadapan amuk massa. Saya sungguh akan menangis dan terkencing-kencing jika harus hidup pada sebuah masa--di mana sejarah kelam itu terulang. Maka, sungguh saya berteriak di setiap ‘ya’ dan ‘tidak’ pada tulisan lirih ini.
Maka, dengan sungguh saya memohon. Berpikirlah semilyar kali, untuk ‘kaos keren’ mu kali ini!
15 Mei 2016

No comments:

Post a Comment