Tuesday, 17 May 2016

Bahasa Jawa itu salah satu bahasa asing! (Bagus Prakoso)

“ Saudara bisa mengusai berapa bahasa asing ?”

Slamet yang tengah mengikuti sebuah tes wawancara di perusahaan diajukan pertanyaan semacam itu, dengan setengah lugu Slamet menjawab.

“ Bahasa Jawa, Pak”

“ Hlo kok… yang serius Mas, Bahasa jawa kok bahasa asing? Kamu jangan bercanda ya

“ Saya tidak bercanda Pak, saya serius. Bapak berasal dari mana ? “

“ Semarang Mas “

“ Pas !! Bahasa jawanya malu apa Pak ? “

“ Isin Mas “

“ Selain itu ?  “

“ Tidak tau Mas “

Wirang, Pak, malu itu wirang, Bapak tidak tahu kan ? Asing tidak ditelinga Bapak ? Hlo katanya orang semarang, asli semrang ? kok bahasa sesederhana itu tidak mahfum ? Asing itu ketika sesuatu bahasa tersebut terdengar aneh kan Pak ? Ketika tidak terbiasa kan Pak ? itu kan Pak definisi dari asing ?

Saat ini, Pak, bahasa daerah itu terdegar asing di telinga anak muda, Pak, kenapa terdengar asing Pak ? karena sudah jarang yang memakai, orangtua mereka akan lebih bangga mengajarkan anak-anaknya dengan bahasa Indonesia, atau bahkan Inggris. Bukan, bukan berarti Bahasa Indonesia, Inggris itu buruk Pak, bukan, Bahasa Indonesia itu kan memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan orang-orang lain dengan bahsa daerah lain to Pak.  Tetapi Pak, itu kan bahasa warisan kebudayaan nenek moyang kita to ? harus di uri-uri, dilestarikan, warisan bahasa itu bukan sekedar bahasa, tapi ada banyak pelajaran dari kebahasaan daerah itu, mempelajari bahasa daerah adalah salah satu cara mempelajari betapa besarnya nenek moyang kita dahulu, Pak, betapa hebatnya mereka dalam menemukan pola-pola aksara dan tata bahasa yang begitu kaya. Itu bukan main-main hlo, Pak, itu dipikir dan dirasakan juga, bukan sembarangan Pak. Bukan asal-asalan. 

Dan lagi, Pak, dari bahasa-bahasa daerah itu kita akan menemukan betapa luasnya dan lapangnya pikiran nenek moyang kita dahulu, lewat tambang-tembangnya, lewat geguritannya, lewat filsafatnya, seperti ‘menang tanpa ngasorake’, menang tanpa merendahkan. Betapa gagahnya filsafat itu Pak ? yang kalau kita tidak mengerti apa artinya, itu akan hanya menjadi sebuah warisan yang tanpa makna, Pak.

Hlo kok malah sekarang kita sudah asing dengan bahasa daerah itu, Pak, dan yang lebih parahnya Pak, anak-anak muda yang berpacaran di era modern ini lebih suka memakai bahasa Indonesia. Padahal sama-sama orang jawa tulen, mereka mungkin malu, Pak ! atau apa ya Pak ? Jijik mungkin ya Pak ? Bahasa derah itu kan katrok Pak kalau kata telepishi, ndeso, tidak modern, jadi harus dilupakan, jangan di pakai, mungkin begitu ya Pak pikiran mereka ?

Kalau suatu saat suriname mematenkan bahasa jawa adalah bahasa asli suriname, mungkin orang-orang jawa itu baru marah Pak, baru akan mengakui kembali bahwa itu bahasa mereka Pak ? begitu kan orang-orang kita Pak, kalau sudah direbut baru marah kan Pak ?”

Slamet tiba-tiba seperti kesurupan seorang budayawan yang tengah berpidato tentang warisan nenek moyang. Seorang yang tadi mewawancarai Slamet hanya bengong, kemudian tersadar dan geleng-geleng kepala. Slamet tersadar dan juga bingung oleh kata-katanya sendiri.

“ Mas silahkan keluar dulu, nanti tunggu pengumuman Mas diterima atau tidak di perusahaan ini “

Slamet keluar rungan dengan lemas, jelas dia akan tidak diterima di perusahaan itu, karena jelas seseorang yang diinginkan oleh perusahaan tersebut bukan ahli budaya, melainkan seorang buruh!

Klaten, 17 Mei 2016


No comments:

Post a Comment