Gadget semakin canggih dan tersebar luas ke
berbagai kalangan. Tren tersebut semakin memudahkan penggunanya mengakses
informasi dari dunia maya. Perkembangan teknologi tersebut membawa dua
kemungkinan sekaligus, yaitu kemungkinan positif dan negatif. Semua tergantung
pada kebijakan penggunaannya.
Dewasa ini, gadget mulai marak dipergunakan oleh anak-anak, layaknya orang
dewasa. Gadget ialah alat bantu
komunikasi, tetapi apapun yang tidak berada pada waktu yang tepat tentunya akan
berakibat tidak tepat pula. Anak-anak belum memiliki kesiapan secara mental
dalam menyerap informasi secara bebas.
Terlepas dari perihal arus informasi
dunia maya, diakui atau tidak, gadget adalah salah satu faktor yang mengurangi minat
penggunanya untuk berinteraksi secara langsung. Kemampuan bersosial seseorang
terbentuk dari pengalamannya dalam melakukan interaksi secara langsung dari
sejak masa kanak-kanak.
Kebudayaan kita selalu menekankan
masyarakatnya untuk “srawung”, yaitu bersosial,
berkomunal, dan menjunjung tinggi gotong royong. Perubahan dan perkembangan
teknologi semestinya dapat bersinergi dengan kebudayaan sendiri. Ialah mustahil
jika kita menolak perubahan dan mempertahankan cara hidup seperti masa lalu.
Tetapi berkembang tanpa berpijak dari kebudayaan sendiri akan membentuk
masyarakat yang tidak produktif dan cenderung konsumtif. Maka segala hal baik
yang berakar dari kebudayaan sendiri harus menjadi nada dasar dari segala
perkembangan.
Sangatlah memungkinkan, pemanfaatan
jejaring sosial dunia maya sebagai penunjang budaya “srawung”, tetapi kesadaran penuh untuk pemanfaatan ke arah
tersebut belum tertanam pada generasi muda. Karena pentingnya menjaga
kebudayaan sendiri belum menjadi prioritas dalam penggunaan jejaring sosial di
kalangan generasi muda. Apalagi ditambah semakin mudah masuknya kebudayaan luar
melalui dunia maya. Sehingga bisa diindikasikan sebagai proses interaksi
kebudayaan tanpa filter. Maka hasil dari interaksi kebudayaan sudah tidak lagi
bisa dikatakan sebagai akulturasi tetapi lebih tepat dikatakan sebagai hegemoni
kebudayaan.
Kembali pada perihal anak-anak dan
wilayah bermain yang aman untuk perkembangan karakternya. Masa kanak-kanak
adalah masa bermain, dan di dalam permainan yang positif, anak-anak akan
mendapatkan pengalaman. Bermain tidaklah selamanya berada pada kutub yang
berbeda dengan belajar. Dalam permainan anak bisa mendapatkan pelajaran, dan
pelajaran dapat diproses anak dengan metode bermain. Bermain dan belajar adalah
komposisi penting bagi perkembangan kejiwaan anak, dimana keduanya sama pentingnya.
Ruang belajar anak telah menjadi
prioritas kurikulum yang diprogram oleh institusi pendidikan formal, sedangkan
ruang bermain anak belum banyak diperhatikan. Padahal, ruang bermain secara
kuantitas waktu lebih banyak porsinya dibanding waku belajar. Bagi orang tua
yang sadar dan mampu secara ekonomi, mereka memprogramkan anaknya pada lembaga-lembaga bimbingan belajar atau les.
Tetapi tidak sedikit yang membiarkan anaknya bermain ataupun berinteraksi tanpa
pengawasan, antara lain menonton televisi, mengakses internet di warnet, dan
bermain gadget.
Karakter yang kuat tidak mungkin terbentuk
jika segala sudut pandangnya telah terhegemoni hal-hal di luar dirinya. Jika
terus menerus anak menjadi objek konsumen ekspresi dari segala akses media masa
(terutama televisi), maka akan mereduksi kretifitasnya. Anak-anak ialah
individu-individu pembentuk bangsa di masa depan. Lemahnya karakter suatu
bangsa akan membentuk bangsa tersebut menjadi bangsa yang konsumtif.
Melihat beberapa permasalah di atas,
kami berinisitaif membuat sebuah ruang bermain aman dan menunjang kreatif anak
di Dukuh Pabrik, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Ruang
bermain tersebut berada di dalam bentuk proses latihan teater. Di dalam ruang
latihan Teater, anak akan dilatih dengan metode bermain yang merangsang
kreatifitas anak.
Sanggar Teater Dalan Cilik adalah
sanggar seni teater yang menyediakan ruang ekspresi anak melalui proses kerja
kreatif teater. Di dalam proses kreatifnya menuju sebuah pertunjukan, Teater
Dalan Cilik akan menitikberatkan latihan pada bentuk-bentuk permainan yang
positif untuk perkembangan kejiwaan dan jasmani anak. Output pertunjukannya
juga akan digarap dalam bentuk permainan yang dirangkai dengan laku dramatik
khas anak dan pesan-pesan moral dalam tataran nalar anak pula.
Selain metode bermain yang baru,
permainan tradisi juga kembali diperkenalkan dalam latihan. Karena di dalam
permainan tradisi terdapat unsur-unsur komunal, ekspresif dan imajinatif.
Selain itu permainan tradisi juga menjadi media untuk mempertahankan Bahasa Jawa
yang mulai ditinggalkan oleh generasi muda.
Sanggar Teater Dalan Cilik adalah salah
satu upaya pembentukan karakter anak dengan membekali kreatifitas generasi
penerus bangsa,
No comments:
Post a Comment