Friday, 25 March 2016

Masih kah ada percaya diantara kita ?

Lagi, masih di tempat yang sama di Desa Semin, disuatu tempat sekelompok masiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tetapi dengan peristiwa yang berbeda.
Disuatu adzan ashar pertama di Desa tersebut, sekolompok mahasiswa berlarian menuju masjid untuk melakukan shalat ashar jamaah, ada yang memang sudah menjadi rutinitas sehari-hari untuk salat jamaah, pula ada yang menjaga nama agar dipandang baik oleh warga.

Ada yang mencuri fokus pandangan saya ketika akan masuk kedalam masjid yang berisi beberapa warga. Hand Phone (hp)  warga tergeletak di luar pintu masjid, berderet rapi seakan ditata untuk dijual. Di dalam hati saya bertanya, kenapa hp hp tersebut berjejer diluar masjid. Sampai didalam masjid dan bahkan di sela-sela bait doa yang saya ucap ketika salat, pertanyaan tersebut menganggu pikiran saya, bahkan saya sendiri yang bukan pemilik merasa ketakutan, apakah tidak akan hilang tadi hp hp yang dijajarkan, yang seakan mengundang maling.

Selesai salat, saya segera keluar masjid, ingin rasanya segera menyelesaikan rasa penasaran yang mengganggu pikiran tersebut. selang beberapa saat, para pemilik hp tersebut keluar dan mengambil hp tersbut. Saya yang haus jawaban, segera bertanya,

“ Hlo, Pak, kok hp nya ditaruh di luar? Apa ndak takut hilang”

“ Oh, Mas KKN, hla saya ndak bisa mematikan deringnya Mas, daripada nanti didalam nganggu, toh didalam masjid tidak pake hp. Kalau soal maling, ya ndak mungkin, disini ini ndak ada maling, Mas, sepeda motor saja di taruh di halaman rumah, dengan kuncinya masih menempel”

“Kuncinya masih nempel Pak ? hla kok kayak ngundang maling”

“hla kenapa takut, maling itu ndak ada disini, semua nya sudah bisa makan dan cukup, ya ndak ada maling to, terakhir ada maling itu 4 tahun yang lalu, itupun langsung ketangkep, hla bukan warga sini, mau lari malah bingung sendiri cari jalan, malah terperosok ke lubang, ya ketangkep”

Betapa kepercayaan masih tebal disana, betapa sedikitnya rasa takut untuk kehilangan yang timbul di benak warga. Betapa sangat berbebalik posisi tersebut dengan peradaban maju yang terjadi kota kecil maupun besar, dan bahkan di pinggiaran kota yang memakan sisa-sisa remah peradaban modern dengan tanpa saringan. Pada peradaban masa kini kepercayaan antar individu begitu tipis, rasa curiga selalu dipupuk atas nama motif ekonomi. Bahkan sampai berbuat baik saja masih dicurigai akan berbuntut meminta imbalan, meski kadang yang terjadi adalah demikian.

Tetapi, di peradaban era kini, rasa percaya yang semakin terkikis kian memperburuk kedaan, kata “jangan-jangan, kalau-kalau” selalu menjadi dasar atas rasa ketidak percayaan yang ada. Seperti jika saat akan berbuat baik “jangan-jangan nanti saya dicurigai yang bukan-bukan” yang pada akhirnya akan membatalkan niat baik tersbut. Krisis kepercayaan antar individu tersebut pula memicu duga dan prasangka, bahwa yang disekitar kita semua adalah maling, adalah garong, yang kapan dan bagaimana saja akan siap merampas dan merampok apa yang kita miliki.

Pikiran yang polos, dan prasangka baik, yang akan menyelamatkannya, seperti kejadian di masjid tersebut, betapa polosnya karena tidak mampu mematikan dering, hp hanya di gletakan saja diluar, di taruh saja begitu. Karena memang mereka berfikir, tidak ada yang mengambil, kalau toh hilng, berarti bukan diantara yang menghuni Desa tersebut yang mengambil, karena mereka telah saling percaya, bahwa yang disekitar mereka tidak akan yang berniat maling atau menggarong. Pula, pikiran yang polos dan prasangka baik tersebut yang kemudian akan membebaskan diri dari ketakutan-ketakutan rasa kehilangan, rasa percaya akan menuntut diri untuk bebas dari ketakutan-ketakutan yang justru aka membebani tiap pribadi untuk melaju ke depan.

Apakan saya, kamu, anda, kalian dan kita masih sering takut dan tidak percaya satu sama lainya? Yang akhirnya membebani pribadi masing-masing atau bahkan kelompok? Jika iya, maka saya juga yang tengah mengajak diri saya sendiri mengajak kalian untuk membebaskan ketakutan-ketakutan tersebut !!!

Idnas Aral.


No comments:

Post a Comment