Andai saja aku bisa lupa tentu
menyenangkan, kesalahan dan pengingkaran janji akan mendapat pemakluman, lalu
kita dengan tenang melewatkan setiap tanggung jawab yang sudah disepakati
diawal perjalan.
Siapa pula yang kuasa menuntut orang lupa? dibunuh pun kalau
orang lupa ya sudah tanya berhenti akhirnya. Entah sudah menjadi kebiasaan
pura-pura lupa atau memang benar sudah rusak ingatannya.
Selalu selesai perkara setelah kita berkata "maaf aku lupa". Lalu
besok membuat rencana baru, eksekusi mimpi-mimpi bersama, dan lagi-lagi terhenti
kata "lupa", begitu seterusnya berulang-ulang.
Aneh memang, karenanya aku ingin sekali-sekali, bahkan sering menderita lupa, agar lepas dari tagihan janji, sembunyi dari ucapan dimuka pertemuan yang menjadi tanya dikemudian hari.
Tapi tidak juga, R. Ng Ranggawarsita berkata "masih beruntung orang yang ingat dan waspada".
Menjadi ingat memang berat karena harus menyaksikan orang-orang lupa dan tanggung jawab bersama akhirnya hidup dalam otaknya sendiri. Aku ingin lupa.
-220913-
No comments:
Post a Comment