17
Agustus 2015
Berawal
dari kesenangannya traveling ke Bali setiap liburan sekolah, istilah sekarang backpacker. Tetapi berbedanya dengan
para backpacker sekarang ialah ia hanya bermodalkan gitar.
Dengan cara nggandhul truk dan ketika
lapar ia akan ngamen untuk makan. Maka ketika masuk sekolah, ia belum sempat
potong rambut dan kulitnya gosong karena sering di jalanan, teman-temannya pun
berkata, “lha kae, Leak e teka !”
Sejak
itulah nama Leak lekat pada pria kelahiran Solo, 23 September 1967 tersebut. Ia
pun akan memilih memperkenalkan diri dengan nama Sosiawan Leak daripada nama
aslinya ketika ditanya mengenai namanya.
“ Nama
pemberian orang tua saya ada tiga suku kata dan sangat bagus, jadi terlalu berat
untuk menyandangnya.”.
Demikian
ujar beliau ketika ditemui di rumahnya (Jalan Pelangi Utara III no.1,
Mojosongo, Surakarta) yang ia beli dari honor sebagai astrada Sinetron “Komedi
Putar”,.
Bagi dunia sastra nama Sosiawan
Leak tentu sudah tidak asing lagi. Ia pernah diundang di Festival Puisi Internasional Indonesia
(Solo-Indonesia, 2002), Poetry On The Road (Bremen-Jerman, 2003), Ubud Wiriters
& Readers Festival (Ubud-Indonesia, 2010), Jakarta Berlin Arts Festival
(Berlin-Jerman, 2011), Pertukaran Budaya Indonesia-Korea (Hankuk University of
Foreign Studies Seoul-Korea, 2012), dan Asean Literary Festival
(Jakarta-Indonesia, 2014).
Melakukan
poetry reading di Universitas Pasau (2003), Universitas Hamburg (2003 &
2011), Deutsch Indonesische Gesellschaft (2011), Kedutaan Besar Indonesia di
Berlin (2011), Korea Broadcasting System (KBS) Seoul, dan
Melakukan
program apresiasi sastra Indonesia-Jerman di Indonesa (2006-2010) bersama
Martin Janskowski (Berlin, Jerman) dan Berthold Damhauser (Bonn, Jerman). Tahun
2012 melakukan poetry reading bersama Adam Wideweisch (USA) di (Biltar,
Indonesia) dan Penyair Afrika Selatan (Charl-Pierre
Naude, Vonani Bila, Mbali Bloom, Rustum Kozain) & Kurator Jerman (Indra
Wussow) di Universitas Negeri Jember (Jember, Indonesia).
Menulis
esai dan puisi di berbagai media massa, di samping menerbitkan sejumlah buku
puisi berjudul Umpatan (bersama KRT
Sujonopuro, Satyamitra-Solo, 1995), Cermin
Buram (bersama KRT Sujonopuro & Gojek JS, Satyamitra-Solo, 1996), Dunia Bogambola (bersama Thomas Budi
Santosa, Indonesiatera-Magelang, 2007), Matajaman
(bersama Budhi Setyawan & Jumari HS, Eraqu-Magelang, 2011), Kidung Dari Bandungan (bersama Rini Tri
Puspohardini, Forum Sastra Surakarta, 2011), Sundel Bolong (bersama Rini Tri Puspohardini, Forum Sastra
Surakarta, 2012), dan Geng Toilet
(Kumpulan Naskah Lakon Berbahasa Jawa, Forum Sastra Surakarta, 2012).
Selain
dikenal sebagai sastrawan, Pak Leak juga dikenal sebagai teaterawan. Ia pernah mementaskan monolog gerak Sarung di Amphi Theatre (Monbijoupark,
Berlin, Jerman), The Panda Club Theatre (Cultur Braureire, Berlin,
Jerman), dan Srawung Teater (ISI Surakarta) tahun 2011, serta di Cemara 6 Art
Centre (Jakarta, 2012). Menulis dan menyutradarai drama kolosal yang diproduksi
oleh Yayasan Kalam Kudus Surakarta Namaku
Indonesia (2013) dan Pulanglah Nak
(2014), serta produksi Solo Batik Karnival dalam Wahyu Tumurun (Solo Batik Carnival VII, 2014) dan Sedulur Papat (Solo Batik Carnival VIII,
2015).
“
Saya lebih memilih disebut seniman. ” ketika ditanya lebih memilih
disebut teaterawan atau sastrawan. Karena
menurutnya ia mengerjakan apa saja (kesenian) yang ia bisa dan dapat diterima
oleh penikmatnya (termasuk bernyanyi).
Pak
Leak tidak pernah bercita-cita menjadi seniman, baginya menjadi seniman adalah
akibat kecelakaan ideologis. Ketika kecil ia bercita-cita menjadi Polisi,
baginya polisi itu hebat karena menangkapi orang-orang jahat.
Saat SMP, ia menemui kenyataan ada banyak
oknum Polisi yang tidak benar. Karena melihat Polisi yang jahat takutnya dengan
tentara, ia menjadi ingin menjadi tentara. Setelah SMA ia tidak lagi ingin
menjadi tentara karena pada masa Orde Baru ia melihat banyak tentara yang
menembak rakyat (kasus Kedung Ombo, Sampang Madura, dll).
Dari
kenyataan tersebut ia berubah cita-cita lagi dan ingin menjadi ahli hukum,
karena baginya tentara yang jahat itu takut dengan ahli hukum. Tetapi setelah
banyak membaca ia menemui fakta dan menyimpulkan bahwa segala kebobrokan itu
akibat undang-undang yang buruk. Maka dari itu, ia ingin menjadi politikus
untuk memperbaiki undang-undang dan masuklah ia di Fisipol Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta .
Setelah
masuk di Fisip, ia menjadi tahu kebusukan sistem politik dan lepaslah segala
cita-cita untuk menjadi politikus. Di universitaslah ia mulai menulis dan
mengenal teater.
“Akhirnya
ngalir, nggak pengen jadi polisi, tentara, ahli hukum, ataupun politikus. Berawal
dari ideologi pembebasan, maka saya menulis. Karena dengan menulis saya menjadi
bebas. Kalaupun saya dipenjara tulisan saya akan tetap merdeka. Dan sampai
sekarang saya tidak bekerja dan awalnya tidak menyangka akan mendapat
pendapatan dari menulis.” demikian kesimpulannya kenapa menjadi seniman.
Gerakan “Puisi Menolak Korupsi”
Saat ini Pak Leak aktif menjadi kordinator gerakan
Puisi Menolak Korupsi. Gerakan PMK adalah gerakan yang mendesak digulirkan
sebagai sarana untuk mempresentasikan seruan moral kepada masyarakat, agar
secara filosofis dan edukatif turut mewaspadai munculnya mental korupsi sejak
dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih akut.
“Awalnya banyak teman-teman penyair yang
gelisah, lalu mendesak saya karena jaringan saya untuk membuat gerakan melawan
korupsi lewat puisi di seluruh Indonesia.
Maka Pak Leak menjadi kordinator untuk
mengkurator dan menyeleksi puisi-puisi yang dikirimkan. Biaya gerakan tersebut
dari iuran dan launching buku antologi puisi tersebut melalui road show,
jelasnya.
Hingga sekarang gerakan yang
idenya dilontarkan oleh Heru Mugiarso (Penyair Semarang) tersebut telah
menerbitkan antologi puisi, merangkum karya para penyair yang berasal dari
berbagai daerah, usia, dan kecenderungan puitika. Setelah melewati proses
seleksi dan penyuntingan, karya-karya tersebut terbit dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi
(melibatkan 85 penyair, terbit Mei 2013), Antologi
Puisi Menolak Korupsi 2a (melibatkan 99 penyair, terbit September 2013) dan
Antologi Puisi Menolak Korupsi 2b
(melibatkan 98 penyair, terbit September 2013), Antologi Puisi Menolak Korupsi 3; Pelajar Indonesia Menggugat (melibatkan 286 pelajar, terbit April
2014), dan Antologi Puisi Menolak Korupsi
4; Ensiklopegila Koruptor!
(melibatkan 175 penyair, terbit Mei 2015), serta saat ini tengah dipersiapkan Antologi Puisi Menolak Korupsi 5; Perempuan
Menentang Korupsi! (melibatkan 100 perempan penyair, rencana terbit Agustus
2015).
Sampai sekarang gerakan PMK masih terus
melakukan road show di berbagai daerah di Indonesia. Di tanggal 21 Agustus
nanti akan diadakan road show di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dan tanggal 22
nya di Taman Mini. Mengenai Gerakan PMK secara lengkap dapat dilihat di http://gerakanpuisimenolakkorupsi.blogspot.com/.
Buku tentang penderita HIV AIDS
Saat ini Pak Leak sedang proses penulisan buku
mengenai penderita HIV AIDS. Buku tersebut menurut Pak Leak berisi tulisan mengenai
para Oda di daerah yang akses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengobatan
sulit.
“ Mereka mempunyai nasib yang tragis, mesakke banget lah ! Buku ini selain
soal fasilitas bagi penderita yang belum mencukupi joga soal image orang
tentang HIV AIDS.”
Menurut Pak Leak image orang-orang terhadap para
penderita AIDS adalah bahwa mereka adalah orang-orang nakal. Padahal para
narasumber yang ditemui oleh Pak Leak adalah orang-orang desa yang tidak tahu
menahu soal AIDS tetapi suaminya kerja merantau.
“Masyarakat di wilayah setempat itu juga tak
tahu apa itu penyakit HIV. Tahunya itu adalah penyakit berbahaya dan gampang
menular. Maka para penderita dikucilkan, diusir bahkan diumumkan di masjid.”
Hal itu bagi Pak Leak adalah sebab ketidaktahuan
mengenai HIV karena tidak adanya sosialisasi mengenai HIV di wilayah tersebut.
Padahal sebenarnya ada anggaran dari pemerintah untuk para penderita tetapi
para penderita kesulitan mengaksesnya.
Rata-rata narasumber buku tersebut di
daerah-daerah pantura (Blora, Pati, Kudus, Grobogan). Harapan Pak Leak dengan
adanya buku tersebut setelah selesai akan didistribusikan Lembaga medik formal,
pemerintah, dan masyarakat.
“ Agar mereka tahu bahwa orang yang menderita
tersebut tidak bisa diintimidasi seperti itu. Pemerintah agar tahu dan
menyiapkan proses-proses secara medik dan sosialisasi jalur mengaksesnya.”
tambahnya.
Menurut Pak Leak kasus ini menarik karena para
penderita tak tahu dan tiba-tiba tertular bahkan juga mendapat cibiran dari
masyarakat. Ketika ditanya mengenai judul buku, ia menjawab bahwa belum ada
judulnya.
Selain sedang mengerjakan buku tersebut, saat
ini Pak Leak sedang menggarap sebuah pementasan teater berjudul “Sedulur Papat”
yang akan dipentaskan tanggal 15-16 Oktober 2015 di Teater Arena, TBJT,
Surakarta.
No comments:
Post a Comment