Monday, 21 March 2016

Sosiawan Leak Merdeka dan Berjuang dengan Menulis


17 Agustus 2015

Berawal dari kesenangannya traveling ke Bali setiap liburan sekolah, istilah sekarang backpacker. Tetapi berbedanya dengan para backpacker sekarang ialah ia hanya bermodalkan gitar. Dengan cara nggandhul truk dan ketika lapar ia akan ngamen untuk makan. Maka ketika masuk sekolah, ia belum sempat potong rambut dan kulitnya gosong karena sering di jalanan, teman-temannya pun berkata, “lha kae, Leak e teka !”
Sejak itulah nama Leak lekat pada pria kelahiran Solo, 23 September 1967 tersebut. Ia pun akan memilih memperkenalkan diri dengan nama Sosiawan Leak daripada nama aslinya ketika ditanya mengenai namanya.
“ Nama pemberian orang tua saya ada tiga suku kata dan sangat bagus, jadi terlalu berat untuk menyandangnya.”.
Demikian ujar beliau ketika ditemui di rumahnya (Jalan Pelangi Utara III no.1, Mojosongo, Surakarta) yang ia beli dari honor sebagai astrada Sinetron “Komedi Putar”,.
Bagi dunia sastra nama Sosiawan Leak tentu sudah tidak asing lagi. Ia pernah diundang di Festival Puisi Internasional Indonesia (Solo-Indonesia, 2002), Poetry On The Road (Bremen-Jerman, 2003), Ubud Wiriters & Readers Festival (Ubud-Indonesia, 2010), Jakarta Berlin Arts Festival (Berlin-Jerman, 2011), Pertukaran Budaya Indonesia-Korea (Hankuk University of Foreign Studies Seoul-Korea, 2012), dan Asean Literary Festival (Jakarta-Indonesia, 2014).
Melakukan poetry reading di Universitas Pasau (2003), Universitas Hamburg (2003 & 2011), Deutsch Indonesische Gesellschaft (2011), Kedutaan Besar Indonesia di Berlin (2011), Korea Broadcasting System (KBS) Seoul, dan Hwarang Park 667 Ansan City (2012).
Melakukan program apresiasi sastra Indonesia-Jerman di Indonesa (2006-2010) bersama Martin Janskowski (Berlin, Jerman) dan Berthold Damhauser (Bonn, Jerman). Tahun 2012 melakukan poetry reading bersama Adam Wideweisch (USA) di (Biltar, Indonesia) dan Penyair Afrika Selatan (Charl-Pierre Naude, Vonani Bila, Mbali Bloom, Rustum Kozain) & Kurator Jerman (Indra Wussow) di Universitas Negeri Jember (Jember, Indonesia).
Menulis esai dan puisi di berbagai media massa, di samping menerbitkan sejumlah buku puisi berjudul Umpatan (bersama KRT Sujonopuro, Satyamitra-Solo, 1995), Cermin Buram (bersama KRT Sujonopuro & Gojek JS, Satyamitra-Solo, 1996), Dunia Bogambola (bersama Thomas Budi Santosa, Indonesiatera-Magelang, 2007), Matajaman (bersama Budhi Setyawan & Jumari HS, Eraqu-Magelang, 2011), Kidung Dari Bandungan (bersama Rini Tri Puspohardini, Forum Sastra Surakarta, 2011), Sundel Bolong (bersama Rini Tri Puspohardini, Forum Sastra Surakarta, 2012), dan Geng Toilet (Kumpulan Naskah Lakon Berbahasa Jawa, Forum Sastra Surakarta, 2012).
Selain dikenal sebagai sastrawan, Pak Leak juga dikenal sebagai teaterawan. Ia pernah mementaskan monolog gerak Sarung di Amphi Theatre (Monbijoupark, Berlin, Jerman), The Panda Club Theatre (Cultur Braureire, Berlin, Jerman), dan Srawung Teater (ISI Surakarta) tahun 2011, serta di Cemara 6 Art Centre (Jakarta, 2012). Menulis dan menyutradarai drama kolosal yang diproduksi oleh Yayasan Kalam Kudus Surakarta Namaku Indonesia (2013) dan Pulanglah Nak (2014), serta produksi Solo Batik Karnival dalam Wahyu Tumurun (Solo Batik Carnival VII, 2014) dan Sedulur Papat (Solo Batik Carnival VIII, 2015).
“ Saya lebih memilih disebut seniman. ” ketika ditanya lebih memilih disebut teaterawan atau sastrawan.  Karena menurutnya ia mengerjakan apa saja (kesenian) yang ia bisa dan dapat diterima oleh penikmatnya (termasuk bernyanyi).
Pak Leak tidak pernah bercita-cita menjadi seniman, baginya menjadi seniman adalah akibat kecelakaan ideologis. Ketika kecil ia bercita-cita menjadi Polisi, baginya polisi itu hebat karena menangkapi orang-orang jahat.
 Saat SMP, ia menemui kenyataan ada banyak oknum Polisi yang tidak benar. Karena melihat Polisi yang jahat takutnya dengan tentara, ia menjadi ingin menjadi tentara. Setelah SMA ia tidak lagi ingin menjadi tentara karena pada masa Orde Baru ia melihat banyak tentara yang menembak rakyat (kasus Kedung Ombo, Sampang Madura, dll).
Dari kenyataan tersebut ia berubah cita-cita lagi dan ingin menjadi ahli hukum, karena baginya tentara yang jahat itu takut dengan ahli hukum. Tetapi setelah banyak membaca ia menemui fakta dan menyimpulkan bahwa segala kebobrokan itu akibat undang-undang yang buruk. Maka dari itu, ia ingin menjadi politikus untuk memperbaiki undang-undang dan masuklah ia di Fisipol Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta .
Setelah masuk di Fisip, ia menjadi tahu kebusukan sistem politik dan lepaslah segala cita-cita untuk menjadi politikus. Di universitaslah ia mulai menulis dan mengenal teater.
“Akhirnya ngalir, nggak pengen jadi polisi, tentara, ahli hukum, ataupun politikus. Berawal dari ideologi pembebasan, maka saya menulis. Karena dengan menulis saya menjadi bebas. Kalaupun saya dipenjara tulisan saya akan tetap merdeka. Dan sampai sekarang saya tidak bekerja dan awalnya tidak menyangka akan mendapat pendapatan dari menulis.” demikian kesimpulannya kenapa menjadi seniman.
Gerakan “Puisi Menolak Korupsi”
Saat ini Pak Leak aktif menjadi kordinator gerakan Puisi Menolak Korupsi. Gerakan PMK adalah gerakan yang mendesak digulirkan sebagai sarana untuk mempresentasikan seruan moral kepada masyarakat, agar secara filosofis dan edukatif turut mewaspadai munculnya mental korupsi sejak dini, serta mencegah perilaku korup yang lebih akut.
“Awalnya banyak teman-teman penyair yang gelisah, lalu mendesak saya karena jaringan saya untuk membuat gerakan melawan korupsi lewat puisi di seluruh Indonesia. 
Maka Pak Leak menjadi kordinator untuk mengkurator dan menyeleksi puisi-puisi yang dikirimkan. Biaya gerakan tersebut dari iuran dan launching buku antologi puisi tersebut melalui road show, jelasnya.
Hingga sekarang gerakan yang idenya dilontarkan oleh Heru Mugiarso (Penyair Semarang) tersebut telah menerbitkan antologi puisi, merangkum karya para penyair yang berasal dari berbagai daerah, usia, dan kecenderungan puitika. Setelah melewati proses seleksi dan penyuntingan, karya-karya tersebut terbit dalam Antologi Puisi Menolak Korupsi (melibatkan 85 penyair, terbit Mei 2013), Antologi Puisi Menolak Korupsi 2a (melibatkan 99 penyair, terbit September 2013) dan Antologi Puisi Menolak Korupsi 2b (melibatkan 98 penyair, terbit September 2013), Antologi Puisi Menolak Korupsi 3; Pelajar Indonesia Menggugat (melibatkan 286 pelajar, terbit April 2014), dan Antologi Puisi Menolak Korupsi 4; Ensiklopegila Koruptor! (melibatkan 175 penyair, terbit Mei 2015), serta saat ini tengah dipersiapkan Antologi Puisi Menolak Korupsi 5; Perempuan Menentang Korupsi! (melibatkan 100 perempan penyair, rencana terbit Agustus 2015).
Sampai sekarang gerakan PMK masih terus melakukan road show di berbagai daerah di Indonesia. Di tanggal 21 Agustus nanti akan diadakan road show di Taman Ismail Marzuki, Jakarta dan tanggal 22 nya di Taman Mini. Mengenai Gerakan PMK secara lengkap dapat dilihat di http://gerakanpuisimenolakkorupsi.blogspot.com/.
 Buku tentang penderita HIV AIDS
Saat ini Pak Leak sedang proses penulisan buku mengenai penderita HIV AIDS. Buku tersebut menurut Pak Leak berisi tulisan mengenai para Oda di daerah yang akses untuk mendapatkan pengetahuan dan pengobatan sulit.
“ Mereka mempunyai nasib yang tragis, mesakke banget lah ! Buku ini selain soal fasilitas bagi penderita yang belum mencukupi joga soal image orang tentang HIV AIDS.”
Menurut Pak Leak image orang-orang terhadap para penderita AIDS adalah bahwa mereka adalah orang-orang nakal. Padahal para narasumber yang ditemui oleh Pak Leak adalah orang-orang desa yang tidak tahu menahu soal AIDS tetapi suaminya kerja merantau.
“Masyarakat di wilayah setempat itu juga tak tahu apa itu penyakit HIV. Tahunya itu adalah penyakit berbahaya dan gampang menular. Maka para penderita dikucilkan, diusir bahkan diumumkan di masjid.”
Hal itu bagi Pak Leak adalah sebab ketidaktahuan mengenai HIV karena tidak adanya sosialisasi mengenai HIV di wilayah tersebut. Padahal sebenarnya ada anggaran dari pemerintah untuk para penderita tetapi para penderita kesulitan mengaksesnya.
Rata-rata narasumber buku tersebut di daerah-daerah pantura (Blora, Pati, Kudus, Grobogan). Harapan Pak Leak dengan adanya buku tersebut setelah selesai akan didistribusikan Lembaga medik formal, pemerintah, dan masyarakat.
“ Agar mereka tahu bahwa orang yang menderita tersebut tidak bisa diintimidasi seperti itu. Pemerintah agar tahu dan menyiapkan proses-proses secara medik dan sosialisasi jalur mengaksesnya.” tambahnya.
Menurut Pak Leak kasus ini menarik karena para penderita tak tahu dan tiba-tiba tertular bahkan juga mendapat cibiran dari masyarakat. Ketika ditanya mengenai judul buku, ia menjawab bahwa belum ada judulnya.
Selain sedang mengerjakan buku tersebut, saat ini Pak Leak sedang menggarap sebuah pementasan teater berjudul “Sedulur Papat” yang akan dipentaskan tanggal 15-16 Oktober 2015 di Teater Arena, TBJT, Surakarta.




No comments:

Post a Comment