Tuesday, 22 March 2016

2015: Indonesia Lebih Dramatik dari Hollywood


Suatu hari di Tahun 201, di Indonesia
Tahun baru, Presiden baru, asik! Semangat baru jadinya, buat naskah drama ah.

(Jeda)

Hayo modar aku, mau nulis naskah drama apa? Kehidupan sudah begitu dramatik, mau disuguhin drama romantik? Mau sih sebenarnya buat romantik-romantikan asal ada sex dan bunuh-bunuhan, piye? 
Ini negara lebih dahsyat dari Hollywood. Iya dong kiblat perfilman Amerika itu, sebagus-bagusnya filmnya gak bakal bisa menembus batas sandiwaranya. Lha negaraku? Dramanya telah membuncah sampai seluruh sendi bahkan kutil kehidupan bangsaku. Aktor-aktor Hollywood mesti ganteng, cantik sexy biar menarik. Itu tak perlu untuk drama negeriku, mau botak, buncit, tua, jelek, asal jago ngomong bisa jadi actor bahkan gak sedikit yang nyambi jadi sutradara bahkan disambi lagi penulis scenario. Masih mau diadu? Kalau Bollywood? Ya cuma buat nyamikan.
Dulu ada sinetron tersanjung, yang fenomenal nan tak tahu diri episodenya. Satu negara haru biru tiap tayang. Itu dulu, tahun 2015 kita punya sinetron KPK vs Polri atau Polri vs KPK. Semua merasa benar, semoga semua benar ! Kalau salah satu benar dan satunya salah, mampus dong negara kami. Jangan-jangan malah salah semua ??? Ini para penegak hukum apa penegang hukum to? Saran: Lain kali kalau mau  versus-versus-an lagi ke mak erot, biar menang !
Dooor ! Hukum mati untuk terpidana mafia narkoba, karena setiap hari 40 nyawa melayang karena ulahnya. Setuju gak setuju sih, tapi boleh tanya? Lha mafia birokrat, yang tiap hari nggondol uang rakyat? Tidak membuat mati suh, tapi membuat melarat rakyat tiap harinya. Kok hukumannya gak dibikin melarat? Yaiyalah gua yang bikin peraturan, masak senjata makan tuan, weeek !  
Eh itu anak orang kok ditonyong-tonyong ! Sial nasib si tukang loket Lion air, pesawat ngadat ia yang kena damprat. Si bos dan para direktur tetep santai di rumah masing-masing sambil belai rambut bini. Tapi itu pramugari yang niat cari nasi malah kena maki. Para penumpang terlantar yang sebenarnya individu-individu dengan nyali biasa-biasa saja. Karena merasa senasib sepenanggungan terhimpun menjadi sebuah masa yang ganas beringas. “Arogan dikit dong, lhawong gua dirugikan, mumpung banyak teman !“
Haduh, berita isinya itu-itu terus. Lha saudara-saudara di perbatasan, apa kabar? Apa sudah dibangun fasilitas di sana? Kok udah gak diberitakan lagi? Saudara-saudara korban salah tangkap, pa kabar? Apa sudah tuntas kasusnya? Kok udah gak ada berita lagi ? Si Tono tergusur? Si Dewi TKW? Si Minah ditipu Lurah? Si Angel mal praktek? Baik-baik saja kalian?

Pak Super hero tolong !!!! (Sabar to !) Kapan pak !!!! (Jangan ngejar-ngejar!) Siapa yang ngejar to pak, wong kami sudah jauh melesat darurat, bapak masih start. Bapak yang ngejar dong ! Aduh malah blusukan,  ati-ati pak, jangan keblasuk ya?

No comments:

Post a Comment