Marsinah, pejuang dan korban |
Sebagai anak muda dan pekerja teater, kami sering
berkumpul untuk berbicara mengenai wacana kecacatan hukum dan kesalahkaprahan fungsi
birokrat negeri. Ambillah salah satunya, Marsinah. Melalui karya-karya yang diperjumpakan kehidupan,
peristiwa-peristiwa sekitar, wacana tersebut kami perbincangkan. Penggusuran,
manipulasi hukum, monopoli ekonomi, yang senantiasa lahirkan korban.
Kami dan permasalahan
itu ialah berjarak, kami berada pada titik di luar permasalahan itu dan sekedar
membicarakan.
Apakah kesadaran-kesadaran yang lahir dari perbincangan
kami ada guna? Setidaknya untuk kami sendiri? Ada atau tidak ada.
Sampai tulisan ini saya tulis, adakah? tidakkah ada? sedikit saja guna dari
kesadaran-kesadaran pada kecacatan hukum dan birokrasi negeri masih belum
kutemu jawabnya.
Waktu berjalan, ternyata nasib membawa permasalahan itu
kepada kami, kami yang dulunya hanya sekedar membicarakan kini menjadi bagian,
kami turut menjadi korban. Tak sedikitpun daya untuk melawan, segala
kemengertian dan analisa yang kami himpun selama ini, bisa kau kata sia-sia.
Kami pasang kuda-kuda toh sembari berjalan mundur juga. Jadi apa benar semua
sia-sia? Silahkan engkau kata: tetap kami kalah.
Korban, kata yang selama ini sering kami perbincangkan.
Korban, kini ialah kami. Orang-orang yang kalah dalam pergulatan, yang selama
ini menjadi keberpihakan kami. Kini ialah kami.
Dulu kami berpikir bahwasanya menjadi korban dari
busuknya hukum dan durhakanya birokrat akibat ketidakpahaman dan kekurang
kritisan mereka terhadap keadaan, sehingga kurang waspada dan kuda-kuda.
Nyatanya, setelah masuk dalam lingkaran korban musnahlah segala teori dan
wacana-wacana yang telah kami pahami. Segala manusia kami seketika tereduksi
menjadi angka-angka tumbal peradaban.
Tulisan ini saya buat adalah memintamu untuk siaga. Toh,
kesiagaan saja tidak cukup apalagi ketidaksiagaan.
Nyatanya,
kami
mencakari angin....
kami
meninju udara...
kami
berteriak di dalam ruang hampa suara...
bola salju
yang bernama ketidakadilan itu terus menggelinding..
korban,
dahulu ialah mereka
kami, kini
di dalamnya...
nanti
apakah engkau jua di dalamnya... Semoga tidak
21 Maret 2016
No comments:
Post a Comment