Ya,
Dubur, betapa aku mencintaimu, betapa aku sayang dan mangasihimu. Meski bentuk
cinta, kasih dan sayang itu tidak ku wujudkan dam betuk menciummu, karena
memang tidak mungkin. Begitu jauh jarak antara mulutku kepadamu, duburku.
Jangan
cemburu ya, kamu tak pernah ku pakai untuk ciuman seperti mulut, kamu tak
pernah ku pakai untuk makan seperti tangan, kamu tak pernah ku pakai untuk
melihat luasnya cakrawala seperti mata.
Karena
memang kamu adalah dubur, bukan mata, mulut ataupun tangan. Kamu punya fungsi
yang lain meski memang fungsimu adalah untuk mengeluarkan tai, sisa-sisa
kotoran dari pencernaanku. Tapi kalau tidak ada kamu Dubur, aku bisa sengsara,
celakalah aku, perutku buncit berisi tai, yang siap meledak, dan akan terjadi
ledakan tai! Sungguh akan menjadi peristiwa monumental yang akan masuk koran,
LEDAKAN TAI !!
Betapun
Dubur, aku kagum kepadamu, yang kadang jadi bahan olokan banyak orang, dinilai
kamu adalah hina, kamu adalah barang busuk. Tapi, kamu tidak pernah ngambek dan melakukan protes. Kamu tetap
professional menjalankan fungsimu sebagai dubur.
Dubur,
ajarkan mereka, orang-orang itu bagaimana tiap pribadi memiliki fungsi
masing-masing di dalam sebuah kelompok. Tidak bisa dituntut sama, dengan hak dan
kewajiban yang sama, tidak bisa disamaratakan begitu saja.
Dubur,
ajarkan mereka betapa apa aja asal masih akan bermanfaat kepada yang lain
adalah baik, Dubur. Ajarkan kepada mereka agar tidak menuntut selalu sama dan
seragam dengan yang lain, berilah pemahaman pada mereka tentang setiap apa saja
memiliki porsi nya masing-masing, dibidangnya masing-masing, ditempat
masing-masing, asal terus dan tekun dalam bidangnya, dia akan meraih pencapaian
yang sama dengan yang lain. Seperti kamu, Burr..Duburrrr…Dubur yang kucintai!!!
No comments:
Post a Comment