Pak
sapto baru saja kekenyangan, makannya lahap. Pak Sapto mengabiskan sepiring
kehidupan anaknya yang sekarang pelontos kepalanya, Pak Sapto merayakan
kekalahan anaknya sendiri yang terpaksa masuk akademi kepolisian yang dinilai
dari segi kedudukan akan lebih layak dibanggakan di banyak orang daripada hanya
menjadi seniman yang mungkin pendapatannya buat beli rokok saja susah apalagi
untuk beli susu anaknya kelak.
Selain Udin takut dikatai durhaka
karena tidak mau menuruti kemauan bapaknya, dia juga selalu ingat dengan
almarhum ibunya yang berpesan untuk selalu membahagiakan kedua orangtuanya
dengan sunguh sungguh. Hal itulah yang menjadi senjata pak sapto saat Udin
nekat tetap menjadi daripada masuk akademi kepolisian seperti yang sudah
dirancang saat Udin lahir di dunia supaya dapat meneruskan karier bapaknya yang
gemilang. Setali tiga uang dengan Pak Sapto, Sumirah pacar Udin pun juga selalu
senada dengan Pak Sapto, memaksa Udin untuk
masuk akademi kepolisian yang menurut dek Sumirah pekerjaan itu akan cepat membikin Udin cepat terpandang
seperti bapak Udin yang punya rumah mewah beserta pembantu yang berserakan.
Sebab itulah Udin memilih kalah dengan tidak ikhlas, menyerah untuk yang
katanya kebahagiaan bapaknya, dan demi dek Sumirah yang sudah akan mengancam
akan pergi dari Udin kalau tidak segera hengkang dari dunia kesenian yang
hampir pasti membuatnya kere secara materi.
Walau
di benak Udin kebahagiaan itu hadir bukan saat apa yang di inginkan itu
tercapai, terlaksana dengan cara apapun, tapi di benak Udin bahagia itu saat
kita mau menerima kondisi apapun yang telah kita lalui, bukan memaksakan
kehendak agar yang di inginkan terjadi dan lagi menerut Udin bahagia itu muncul
atas bertemunya kesadaran logika dan rasa yang serasi. Apalagi kalau
kebahagiaan itu harus di tempuh dengan cara memperlakukan makhluk hidup seperti
sepiring nasi yang dihidangkan hanya untuk dimakan tanpa memiliki hak
sedikitpun untuk menolak tidak mau dimakan. Perhitungannya bukan karena kita
sudah mengeluarkan uang banyak untuk mengolah padi menjadi nasi dan untuk
menggantikan uang itu kita harus mendapatkan kenyang, tapi semestinya
perhitunganya adalah ketika kita susah payah merawat pohon dan biarkan pohon
itu tumbuh besar karena pohon tersebut sudah tau dia harus meneduhkan, bukannya
malah dipotong dijadikan bonsai yang kita nilai dia akan lebih bagus dan harga
jualnya semakin tinngi.
Bapak
dan Sumirah tidak pernah mau mendengar pendapat Udin yang katanya terlalu
mengandai-andai. Ya berakhirlah Udin di dalam barak pelatihan, rambutnya
plontos, dan sudah tidak pernah ngopi dan ngrokok di pagi harinya seperti saat
Ia masih cari-cari wacana dengan ngobrol dengan lawan sejawatnya.
2013
No comments:
Post a Comment