Monday, 11 April 2016

NEGERI SANG MAKELAR DAN PARA PENGHUTANG (Obin)





Akhir pekan asik buat jalan-jalan
Sinambi tetembangan cuci mata liat pemandangan


Yono pria paruh baya umurnya empat puluhan
Kukenal di warung angkringan deket kosan kala aku ngopi dan cari gorengan
Tujuannya sederhana, ganjal perut yang sedari kemarin beroskestra
Nyanyikan langgam dan balada tentang, Indonesia


Sebuah kopi hitam dengan asap mengepul kusruput perlahan
Di tangan kiri terselip sebatang rokok eceran
Yang sayangnya belum kuhisap namun sudah jatuh masuk comberan


“Ealaah!”
Yono kaget bukan kepalang
Pulang kampong niatnya liburan
Hendak muncak naik gunung!
Eeh! Katanya kebakaran
Kabut asap sempat jadi gunjingan
Santer terdengar isu serampangan
Mau dibukanya lahan perkebunan anyar


Pemerintah dan swasta bermodal “cucuk” makelaran
Berhasil ngutang bank internasional dengan agunan rimba raya


Kayu-kayu gelondongan hanyut ke perbatasan
Menyisakan bekas penebangan dan bangkai satwa
Yang masuk daftar, terancam kepunahan


Di pesisir selatan para petani gulung tikar
Sawahnya diubah jadi villa dan penginapan
Oleh orang luar, yang katanya pemilik modal
Beberapa dijadikan ruko dan perkantoran
Buat ngeruk sumber daya dan omzet milyaran


Nelayan berhenti melaut
Sebab, hasil ikan nilai jualnya kian menyusut


Nelayan gantung jala!
Petani gantung cangkul!
Dan aku? 
Cukup gantung angan!


Para pemuda pindah ke jakarta
Mengais nasi dari hasil sisa-sisa
Dan tinggal, di bawah kolong jembatan


Urusan pembangunan tak pernah surut
Belum lagi utang negara yang semakin carut-marut
Di Pati, anak Kendeng pada demo dan orasi
Para menteri dan pejabat malah nikmat, beronani


Indonesia, dulu tanahnya subur tiada tara
Airnya melimpah ruah tak pernah kekeringan
Kini tanahnya rusak, airnya tercemari
Pembangunan pabrik?
Mampunya sumbang limbah di bumi pertiwi
Sedang setan-setan galonan? Sedut-sedot sumber air artesis
Dan berhasil bikin rakyat, krisis air bersih


Belum lagi soal listrik yang katanya mulai menipis
Cukong daerah malah ACC pembangunan pabrik 
Yang pastinya butuh pasokan listrik tidak sedikit


Sumber daya listrik tidak ditambahi
Eh, ini malah diganti sistem elektrik?
Diikuti kebijakan pemadaman listrik?
Owalaah! terus digilir silih berganti to?
Katanya mau bikin pembangkit listrik anyar?
Entah pakek nuklir atawa geothermal
Sedang nuklir? Masih jadi perbincangan dan topik yang kontroversial
Geothermal? 
Kudu ngebor kawasan hutan lindung di kedalaman
Dan tak jelas kapan proyeknya dirampungkan
Makelar pendidikan obral teori, hikayat, dan kisah-kisah
Siswa dan mahasiswa dibiarkan nganggur
Dan tak sedikit yang jadi gelandangan


Makelar agama obral isu terorisme
Menyeru tuhan sambil mengasah gobang
Dan beberapa jual ceramah dengan harga jutaan


Makelar kesehatan obral ramuan
Yang katanya impor dan berkhasiat mujarab
Tapi kenapa ada AIDS, kanker, diabetes, dan masih banyak lagi ?
Penyakit, yang belum ada obatnya


Makelar kebudayaan obral pertunjukan
Beberapa malah jual naskah kuno ke Inggris dan Belanda
Sedang masyarakat? Cukup diberi suguhan televisi
Yang tak dapat dijadikan tuntunan, juga tak layak dijadikan tontonan


Si Yono jantungan! Denger kabar kakaknya kecelakaan
Bermodalkan duit pas-pasan dan kartu warga miskin
Dibawanya sang kakak ke rumah sakit
Sial tak mampu dihindar, malang tak dapat ditampik
Sang kakak meninggal di depan ruang tunggu UGD


Yono balik ke pabrik
Cari utangan, buat ngambil mayat kakak di rumah sakit
Cilaka duabelas!
Sebab ia Cuma buruh “Outsourching”
Mengharap usahanya berhasil, eh! malah dipecat dari pabrik
Tenaganya sebagai buruh digantikan oleh robot dan mesin-mesin
Yang katanya, diimpor dari luar negeri
Lebih lanjut lagi, pimpinan bilang :
“Ini semua untuk mengurangi biaya produksi!”
“Saya harap Pak Yono dapat mengerti!”
Apa yang mampu dimengerti Yono dengan semua ini, Apa?
Sambil bergumam sendiri, ia mulai berceloteh :
“Mungkin, rakyat kecil seperti saya tidak boleh berbahagia !”
“Mungkin, buruh pabrik seperti saya tidak boleh berproduksi !”
“Mungkin, masyarakat seperti saya dibikin konsumtif oleh alur globalisasi !”
“Gimana, orang seperti saya bisa konsumtif ?”
“Pemasukan saja hasil utang sana-sini !”


Biaya hidup makin menggunung
Sementara kami kesulitan menabung


Kapitalisme telah menggurat, menembus jantung pemikiran
Melahirkan makelar-makelar ingusan di tiap sektor kehidupan


Yono kehilangan kakak, dan kini harus mewarisi hutang yang ditinggalkan
Belum lagi hutang mendiang bapak, yang kalah dalam pemilihan satu tahun silam
Juga hutang Ibunya, yang terlanjur ia tebus dengan sebidang sawah


Akhir pekan ini? Alih-alih dapat santai dan tamasya
Yono dikejar-kejar dept collector
Nampaknya sang dept collector berhasil meneror


Si Yono terjangkit insomnia tiap malam
Stress! Dan milih ikutan jadi makelaran
Obral omongan dan tipu daya, buat isi perut yang keroncongan


Inilah negeriku ...
Negeri sang makelar dan para penghutang
Sejak orde baru hingga sekarang
Hutang ke World Bank dan Amerika tak mampu berkurang


Makelar senantiasa lahir
Penghutang senantiasa ada


Makelar negara obral kemelaratan
Makelar pendidikan obral pembodohan
Makelar agama obral pertikaian dan kesalahpahaman
Makelar kebudayaan obral karya-karya
Makelar kendaraan obral terror dan kecelakaan
Makelar kesehatan obral obat-obatan yang bikin ketagihan
Gadis muda yang masih remaja obral keperawanannya
Orang-orang tua berperan jadi mucikarinya
Pria gagah dan wanita modis berstatus "fresh graduation" obral ijazahnya
Perkantoran dan pabrik-pabrik obral buruh Outsourching-nya
Tengkulak obral tawar menawar
Menteri dan pejabat obral janji-janji
Petani obral sawah dan ladangnya
Nelayan obral sungai dan lautnya
Peternak obral ayam tiren dan sapi gelonggongan
Kapitalisme obral para pedagang
Dan pedagang? 
Obral apa saja ...
Yang penting untung !
Yang penting aseek !

Kami semua diwajibkan hidup jadi makelar dengan satu tujuan, “mbayar utang !”

"Jual, dagang, obral"
"Dagang, obral, jual"
"Obral, jual, dagang"
Jadi mantra yang efektif
Sebelum kami berangkat kerja pagi-pagi sekali


Kerna selama ini kami hidup di
Negeri Sang Makelar dan Para Penghutang !


Akhirnya ...
Yono meninggal dunia
Berstatus makelar
Dan mewariskan hutang-hutang
Kepada, anak cucu-nya





Pucangsawit, 9 April 2016

No comments:

Post a Comment