Wednesday, 6 April 2016

Hai Tukang Berita ! Kuseru Kamu ! (Idnas Aral)

Semoga dengan kejelekan-kejelekan tulisan ini, kau akan menemukan kebaikan.

Wahai para tukang berita, aku ingin tahu apa yang kau rasakan setelah tuntaskan tugasmu menyuapkan berita-berita kekejian kepada bocah-bocah polos di negeri ini.

Apa kau telah merasa menjadi pahlawan kebenaran? Apa kau merasa telah menjadi pendidik yang bijak? Atau kau tak merasa apa-apa, karena di benakmu yang ada hanyalah karir dan gaji.

Wahai para tukang berita, apakah kau mandul ataukah nalarmu gundul? Semoga tidak. Tetapi kenapa betapa enteng dan fasih kamu berbicara kekejian di depan berjuta pasang mata dan telinga, tanpa peduli tentang akibat. Apa tak ada sedikit saja terbersit di benakmu, bagaimana berita itu kalau didengar oleh anakm?.
Wahai para tukang berita, apa kau telah yakini tentang apa yang kau kerjakan selama ini adalah kebaikan? Si Udin yang baru TK kini telah tahu apa itu perkosa. Si Ria yang kelas lima kini pahami apa itu mutilasi. Si Ipung yang masih suka ngompol kini tahu apa itu lokalisasi. Bagaimana dengan Udinmu, Riamu, Ipungmu, apa yang ia ketahui kini? Apakah telah ia ketahui tentang kebenaran-kebenaran yang telah kau kabarkan itu?

“Minggu ini biar rating tinggi cari berita apa ya? Yang fantastis, bombastis, spektakuler, pokoknya yang menggemarkan segala indra masyarakat.”

Apa itu yang terus menerus berkelebatan di otakmu? Semoga tidak. Tetapi kenapa televisi tak henti-henti mencekok i bocah-bocah itu dengan peristiwa-peristiwa yang amat tak layak untuk perkembangan kejiwaan mereka setiap harinya?
Wahai para tukang berita, kau dianugrahi corong untuk mengabarkan. Bijaklah, bijaklah, dengan segalaku, kumohon bijaklah pada anugrah itu. Apa kau tak ingin anak-anak kita tumbuh secara murni dan manusiawi, lalu lahir sebagai pemimpin untuk membereskan segala kebobrokan yang telah diciptakan generasi kita?
Ataukah kau tak sadar bahwasanya kau hanyalah boneka yang merasa gagah tanpa sadar bahwasanya kau hanyalah sekedar perpanjangan syahwat yang mengobok-obok ibu pertiwi?

6 April 16 

No comments:

Post a Comment