Friday, 13 March 2020

SOLO DARURAT CORONA, LATIHAN NASKAH “KUTANG” (Kudu TANggungan) TEATER SANDILARA SURAKARTA TETAP BERJALAN


Ketakutan adalah virus paling berbahaya dan tidak ada obatnya. Kecemasan terhadap hari depan adalah penyakit paling mematikan. Kepanikan adalah sumber malapetaka hilangnya akal sehat. Dan kegaduhan konyol adalah dampak dari rendahnya tingkat kewaspadaan pikiran kita terhadap fenomena yang sedang ramai diperbincangkan.

-Imam Besar Majelis Dakwah Sandilara Ustaz Colmek-




                Ancaman virus corona rupanya menjadi kepanikan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia, khususnya di kota Solo ini setelah tersiar kabar ada seorang warga di salah satu kampung meninggal dunia beberapa hari yang lalu. Media cetak maupun elektronik mulai ramai memberitakan, pemerintah mengeluarkan kebijakan kepada masyarakat Solo, poin-poin himbauan dan larangan telah disosialisasikan, sekolah diliburkan beberapa pekan kedepan, segala kegiatan yang sifatnya perayaan atau pengumpulan massa untuk sementara ditiadakan guna mengantisipasi penyebaran wabah tersebut.

                Warga masyarakat dari berbagai macam lapisan dan ragam profesi tidak ketinggalan, sengaja atau tidak, entah atas dasar apa, hampir dapat dipastikan akan menyertakan Corona sebagai bahan pembicaraan, tidak memandang acara dan keperluan, selalu ada durasi untuk menyelipkan topik ini. Sosialisasi atau numpang tampang biar tidak ketinggalan, hanya mereka dan tuhan yang tahu. Ustad di acara pernikahan, dosen ketika diminta mengisi ceramah, murid SMP di group WA, guru-guru di sekolahan sembari menunggu gaji bulanan baik yang tergolong ASN maupun yang masih honorer, Satpol PP yang gemar menggusur orang,

                Warga Net yang tidak terpetakan dengan jelas dimana mereka bermukim juga tidak kalah heboh, beramai-ramai mereka membagikan tips-tips hidup sehat serta antisipasi wabah corona. Beragam komentar mewarnai beranda media sosial dan mendominasi obrolan, menempati posisi teratas mengalahkan persoalan-persoalan lain yang tidak kalah berbahayanya dan sedang berlangsung tanpa perlu saya sebutkan satu per satu karena mungkin tidak akan pernah juga anda-anda ini menyadari.


Naskah KUTANG : Tanggungan Perkara Utang-Piutang Adalah Wabah Sepanjang Jaman Yang Paling Nyata

                Naskah KUTANG merupakan garapan terbaru Teater Sandilara, rencananya akan dipentaskan pada bulan April mendatang. Masih setia mengusung tema permasalahan rakyat jelata, bagaimana kemiskinan menjadi induk segala problematika kehidupan yang akhirnya menyeret berbagai macam tragedi sehari-hari khas kaum pinggiran.  Berurusan dengan masalah utang-piutang merupakan hal yang lumrah bagi sebagian besar masyarakat kita, baik sebagai penyedia jasa keuangan (pemberi bantuan utang) maupun sebagai nasabah yang butuh uluran tangan para pemodal dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dan telah disepakati kedua belah pihak. Kendati utang-piutang adalah hal yang lumrah akan tetapi sebab-akibat yang menyertainya merupakan masalah tersendiri yang kadang tidak disadari para pelakunya.

                Siapa juga yang ingin terlahir dan memiliki nasib sebagai orang kekurangan. Hidup di jaman seperti ini terlebih lagi tinggal ditengah peradaban kota, mau tidak mau uang menjadi sarana utama penopang terselenggaranya segala hajat hidup. Bahkan tidak jarang kita temui, untuk urusan makan dan minum saja ada orang yang terpaksa harus berhutang. Ya, mau tidak mau, dorongan kebutuhan pokok manusia menuntut untuk dipenuhi, sementara isi kantongan tidak cukup memenuhi syarat untuk dapat mengabulkan tuntutan tersebut, maka ditempuhlah jalan mencari pinjaman uang kepada orang lain yang memiliki uang lebih atau yang dengan sengaja menjadi penyedia layanan jasa solusi atas masalah keuangan tersebut. Negara saja punya hutang, apalagi kita rakyatnya. Demikian kurang lebihnya kalimat satir yang sering kita dengar ketika masyarakat sekitar kita membicarakan masalah utang. Sekalipun mereka tidak paham dan memang tidak jelas juga untuk apa para penyelenggara negara harus mengambil pinjaman kepada asing atas nama pembangunan dan kemajuan rakyat.
               
                Memasuki pertengahan bulan Maret, proses penggarapan dan persiapan pementasan Teater Sandilara dengan naskah “KUTANG” (KUdu TANGgungan) sudah sampai pada tahap akhir. Kira-kira 90 persen dari total keseluruhan. Rencananya Teater Sandilara akan kembali menyapa masyarakat dengan mengadakan pementasan di kampung, menyasar warga setempat sebagai calon penonton setelah mereka menyetujui kampungnya digunakan untuk menyelenggarakan pementasan. Sudah barang tentu stabilitas keamanan, isu-isu aktual yang berpotensi menghambat selalu mengintai setiap saat. Himbauan pemerintah, rasa curiga, kepanikan tidak masuk akal, hasutan media massa, turut memberi pengaruh baik secara langsung maupun sebagai salah satu pemicu terhambatnya kesepakatan bersama warga untuk berpentas. Hal yang wajar, mengingat masyarakat kita sudah lama tidak dikenalkan dengan pementasan sandiwara yang hadir di depan mata mereka semenjak pelaku Teater lebih gemar masuk gedung pertunjukan dan juga merebaknya tayangan televisi yang dirasa lebih menarik dan mudah diperoleh.



Pementasan Tetap Digelar Bulan April Mendatang

                Terkait diberlakukannya larangan untuk menyelenggarakan acara yang mengumpulkan banyak orang pada satu tempat, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Teater Sandilara, Oka Atmowikromo Joko Pitono, mengatakan bahwa hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah yang berarti. Bukan perkara apa-apa, karena Teater Sandilara memang tidak pernah memiliki massa penonton dalam jumlah besar. Kami bukan ormas atau kader partai politik yang gemar mengumpulkan massa, tutur pria yang gemar memelihara burung anggungan tersebut. Masalah lokasi pementasan juga bukan suatu kendala, meski ada kemungkinan belum dicabutnya status Kejadian Luar Biasa (KLB) di kota ini ketika jadwal pementasan harus dilaksanakan. Pentas tetap diadakan, gampang saja, kalau tidak bisa di kota ini, kita tinggal pindah ke kota lain untuk menggelar pementasan, geser sedikit kan bisa, ke Kabupaten Sukoharjo misalnya, kebetulan selasa malam kemarin, sebelum berita maha heboh ini menggemparkan penduduk kota, Idnas Aral selaku penulis naskah dan sutradara sudah menemui koleganya di Kecamatan Gatak, Sukoharjo, untuk mendatangi kampung tersebut sebagai salah satu tempat pementasan naskah KUTANG.

                Ketika dimintai keterangan di mana tempat latihan Teater Sandilara, beliau enggan berkomentar, “itu rahasia perusahaan”, ungkap beliau. Kalau mengenai jadwal latihan tidak ada masalah, para pemain sudah mengerti tanggung jawab mereka masing-masing, semua tetap berjalan seperti biasanya, malah ada penambahan jadwal, sebelumnya seminggu sekali pada senin malam sekarang tambah kamis malam, jadi selama seminggu latihan diselenggarakan dua kali. Apakah ini sebagai bentuk respon kelompok sejak merebaknya berita tentang corona masuk ke kota Solo, menurut Oka, sama sekali tidak, mengingat bulan April sudah semakin dekat sehingga persiapan harus semaksimal mungkin. Ia mengaku tidak ada kiat-kiat khusus seperti karantina bagi para pemain dan semua yang terlibat. Hal tersebut cukup beralasan, mengingat Teater Sandilara tidak memiliki gedung sendiri, sudah barang tentu kegiatan sterilisasi dan vaksinasi di lingkungan sekitar sanggar juga tidak perlu dilakukan karena Teater Sandilara juga tidak memiliki sanggar. “Teater kita ini kan bukan pabrik, semua anggotanya tidak dilindungi JAMSOSTEK, tidak juga didaftarkan BPJS atau asuransi kesehatan lainnya. Kalau sakit ya berdoa sendiri, usaha sendiri ke dokter atau pengobatan alternatif atau cukup membeli obat yang tersedia di apotik dan warung-warung terdekat selama persediaan masih ada, sembari meminta kesembuhan kepada Tuhan, katanya penyakit itu Tuhan yang bikin?” demikian yang dikatakan Kadiv Humas Teater Sandilara.

                


Surakarta, Sabtu Wage, 14 Maret 2020




Bambang Sumantri
Wartawan Lepas Koran Medan Prihatin