Awas
ada anak-anak!
Siapakah
jenius penemu ide pemasangan papan peringatan tersebut untuk kali pertama? Kini
cukup banyak gang-gang, jalan-jalan, gapura-gapura, yang turut serta menegakkan
papan peringatan yang senada. Butuh waktu beberapa tahun untuk saya
menyimpulkan bahwa si pencetus ide adalah seorang visioner hebat. Di RT manakah
di negeri ini, ide itu lahir dari salah satu warganya yang jenius itu?
Awas
ada anak-anak!
Betapa
kita memang sungguh-sungguh harus meningkatkan keawasan kita terhadap
kemungkinan-kemungkinan tak terduga dari anak-anak. Namanya juga anak-anak,
bisa saja tiba-tiba ia memotong kepentingan kita sembari tidak berkepentingan
dan dengan tertawa-tawa. Letupan alamiah mereka, seringkali membentur lintasan
kepentingan kita yang secara norma telah berada di dalam jalur yang syah.
Anak-anak tidak akan peduli pada bahaya tabrakan, hal terpenting yang ada di
kepala mereka adalah apa yang sedang mereka kerjakan.
Saat
mengejar layang-layang, mereka persetankan keselamatan diri sendiri dan
keselamatan pengguna jalan, yang ada di dalam benak mereka hanyalah bagaimana
mereka harus menjadi orang pertama yang merengkuh layang-layang tumbang. Bahkan
tidak sedikit yang berlarian hanya untuk berlarian, apalagi peduli soal
keselamatan, berpikir tujuan dari berlari saja mereka tidak. Mereka hanya
berlari dan berlari, peduli apa dengan sepak terjang jalanan yang mungkin akan
menerjang lintasan bermain mereka? Nasib sial adalah pengguna jalan yang telah
menata dengan apik rencana-rencanaya ketika sampai tujuan, ia akan ini, setelah
ini lalu itu, lalu.....
Segala
kerapian itu berantakan sudah, ketika laju kepentingannya ternyata harus
bertabarakan dengan sekedar permainan anak-anak, brak! Nasib sial itu memang
benar-benar ada, dan hikmah adalah sekedar penawar pahitnya tanpa sanggup
menghapus kenyataan bahwa sial itu ada. Untuk itulah kita harus waspada
terhadap kemungkinan menjelmanya anak-anak menjadi nasib sial untuk kita.
Awas
ada anak-anak!
Anak-anak
memang benar-benar harus diawasi sebab jalanan adalah salah satu tempat lajunya
roda ekonomi. Untuk itu jumlah jalan akan terus bertambah jumlahnya,
tempat-tempat lapang yang berada di jalur kepentingan tersebut, harus dirubah
dengan sedemikian cara yang syah untuk menjadi jalan. Jumlah jalan terus
bertambah dan tanah lapang untuk bermain menjadi berkurang, jumlah anak-anak
juga bertambah dan mereka semua tak mau peduli dengan kenyataan tak adanya
ruang bermain yang aman. Mereka akan tetap saja berlarian tak peduli tempatnya.
Maka
tumpahlah gelombang permainan yang tak ada gunanya bagi kepala dewasa itu ke
jalan-jalan. Jalanan yang telah memiliki tata cara untuk membuat aman
pengendara itu, harus tetap waspada karena anak-anak! Kita memang benar-benar
harus awas dengan mereka, mereka tidak mau mengerti terhadap tata cara. Mereka
seenaknya saja, namanya juga anak-anak, namanya juga bermain, kalau tidak enak
tak mungkin dilakukan? Oleh sebab itu, kita yang dewasa ini harus; awas!
Awas
ada anak-anak!
Memang
sudah tepat perkembangan jaman yang akhirnya menyediakan permainan untuk
anak-anak yang mebuat mereka betah untuk duduk tenang di dalam rumah. Memang
teknologi benar-benar telah sejalan dengan kepentingan-kepentingan. Dengan
distribusi gadget yang benar-benar hampir rata ke segala usia, ancaman tingkah
anak terhadap kemulusan perjalanan anda dapat dikurangi. Anak-anak yang telah
lebur di dalam permainan yang disediakan teknologi mutakir, dapat lebih mudah
diawasi karena mobilitas mereka sangat mimim dan lebih mudah diprediksi. Tetapi
kita tetap harus awas sebagaimana papan peringatan, karena anak-anak tetap
memiliki kemungkinan tidak terduga. Mereka bisa saja tiba-tiba bosan lalu ingin
bermain dengan tubuhnya.
Awas
ada anak-anak!
Sistem
pendidikan adalah salah satu hal yang juga telah ambil bagian untuk
memperingati “awas ada anak-anak!” Pendidikan direntangkan lebih luas, baik
dari segi jenjang usia juga secara kuantitas waktu. Maka pendidikan merupakan
salah satu aspek yang besar jasanya di dalam penanggulangan tumpahnya permainan
anak-anak di jalanan kota secara skala waktu.
Pendidikan
mampu membuat anak masuk ke dalam pagar sedari pagi hingga sore, sedari mungil
hingga mereka dewasa. Pendidikan memang sukses, bahkan di wilayah
penanggulangan yang di tanam di dalam psikologis. Selain sebagai pagar yang
mampu menahan anak-anak untuk tidak tumpah, pendidikan juga brilian dengan menanamkan;
perbanyak belajar kurangi waktu bermain, kalau tidak peringkatmu akan jatuh,
dan kalau peringkatmu jelek artinya kamu adalah anak yang......(silalkan dijawab sendiri anak-anak!)
Sistem
peringkat memang benar benar jenius! Anak-anak menjadi lebih gampang diawasi
dan dikendalikan ketika mereka sedang takut. Kebanyakan mereka takut disebut
bodoh, meskipun sebutan itu tidak disampaikan secara gamblang sekalipun. Tanpa
harus melanggar norma kesopanan (untuk tidak mengatakan, “kamu bodoh!”), dengan
sistem rangking, anak-anak dapat meniliai dirinya dan kawannya apakah ia pintar
atau bodoh, apakah ia lebih atau kurang. Dengan sistem peringkat yang syah
secara matematika dan benar secara etika, ketakutan anak-anak terhadap kategori
bodoh tersebut dapat terus terpelihara melalui tata cara yang bermartabat dan
sesuai dengan pancasila tentunya.
Maka
dari itu, meski jam pelajaran tidak sampai setengah haripun, pendidikan mampu
menjauhan anak-anak dari jalanan melalui keinginan anak-anak untuk menambah
porsi belajar mereka di dalam les dan bimbingan belajar. Alhasil, semakin
sedikit waktu mereka untuk turun ke jalan. Tetapi bukan berarti plang
peringatan sudah boleh diturunkan, sebab masih ada anak-anak yang tidak takut
disebut bodoh. Mereka tetap tidak peduli dan tidak jarang orang tuanya pun masa
bodoh. Terhadap mereka kita musti tetap; awas!
Awas
ada anak-anak!
Saya
rasa pencetus papan peringatan itu harus dicari dan dianugerah bintang jasa.
Sebab ia telah mengingatkan kita pada bahaya anak-anak. Bagaimanapun keberadaan
anak-anak akan selalu ada, sebab itulah hukum alam. Hukum alam selamanya tidak
akan bisa ditiadakan, tetapi dengan teknologi dampak negatifnya dapat diredam.
Maka dari itu meskipun hanya sekedar teknologi sederhana berupa tiang, papan,
cat dan kata-kata, peringatan itu adalah teknologi yang hebat jika dilihat
secara nilai fungi bahkan filosofi. Anak-anak memang harus diawasi agar tidak
menjadi sumber kecelakaan-kecelekaan yang jika diakumulasi bisa menjadi
sandungan terhadap jalannya satu negara.
Awas
ada anak-anak!
Pencetus
hal ini mengingatkan saya terhadap kisah nabi khidir yang diberkati tuhan
dengan pandangan visionernya. Ia membunuh seorang anak karena tahu kelak ketika
dewasa anak itu akan menjadi orang yang merugikan banyak pihak. Memang
berlebihan jika benar-benar disandingkan secara nilai religi dan dramtiknya,
tetapi secara visi dua hal itu sama.
Anak-anak
memang harus diawasi seawas-awasnya. Peringatan ini benar-benar harus tertanam
di kepala setiap orang yang sudah tidak anak-anak. Kemungkinan-kemungkinan tak
terduga yang dimiliki setiap anak harus diminimalisasi demi kestabilan dan
jalannya pertumbuhan hidup sebagaimana yang kita angankan. Mereka harus seperti
kita yang sadar akan ketertiban, kalau bisa mereka harus segera seperti kita.
Semakin cepat mereka seperti kita dan semakin mirip mereka dengan kita adalah
semakin baik. Maka dari itu, televisi telah banyak membantu kita.
Tayangan-tayangan mereka yang sangat menghibur dan mampu mencuri perhatian anak
itu membantu kita untuk membuat anak untuk bersegera bersikap dewasa dan tentu mengurangi
intensitas mereka keluar ke jalan raya. Jadi di dalam persoalan ini, televisi
dapat dikatakan berhasil secara nilai kualitas dan kuantitas. Salut!
Akhir
kata.
Senang
rasanya, menjadi dewasa di negeri yang memiliki aspek-aspek yang saling dukung
mendukung di dalam kepentingan untuk mengawasi anak seperti ini. Senang rasanya
berada di iklim keawasan terhadap anak yang benar-benar berlapis ini. Suatu
kelak mereka, anak-anak itu, mereka akan mewarisi apa yang sudah kita kerjakan
hari ini, jadi jangan sampai mereka perlakukan warisan kita dengan tidak
sebagaimana kita!
Surakarta,
9 September 2018
No comments:
Post a Comment