Tuesday, 25 September 2018

Secuil Kisah Perjalanan Kakatuah




     Kakatuah adalah sebuah grup kecil yang beranggotan dua orang. Angka dua adalah batas minimal sebuah grup dapat disebut grup, apabila tidak ingin dikatakan pemain tunggal. Terbentuk pada 30 Desember 2017 di sebuah kedai kopi milik sahabat dan mulai berproses saat itu juga. Sebulan sebelum akhirnya memutuskan berdua saja, sempat terpikir untuk membuat formasi empat orang, di saat orang ketiga bergabung dan orang keempat tidak juga muncul, maka rancangan proses dengan formasi tiga orang tercipta. Namun, di awal jalan gugur satu. Akhirnya, dengan berdua saja mereka melangkah. Mereka menyadari, di usia manusia yang mulai menginjak kepala dua atau lebih, membuat sebuah kelompok tidaklah mudah. Tidak seperti ketika SMA. Dengan ini, dimulailah perjalanan Ihsan Roh dan Laras Sahita.   
    
       Ihsan yang sudah sejak 2014 gemar memusikalisasi puisi tersadar bahwa pendokumentasian karya adalah hal yang penting. Kalau sastra dapat didokumentasikan menjadi buku atau bentuk tulisan cetak yang lain, musik dapat didokumentasikan lewat bentuk rekaman suara. Bersama Laras, Ihsan mulai merekam lagu-lagunya satu per satu. Bukan suatu yang mudah memang, dengan perlatan mereka sendiri dan studio yang mereka desain sendiri, beberapa buah lagu tersusun rapi dalam bentuk rekaman suara dan akan terus berproses untuk menetaskan lagu-lagu berikutnya. Sepenggal lirik Silampukau berjudul Doa 1 mungkin sedikit dapat menggambarkan tentang mereka, “Dana pas-pasan pokonya bikin rekaman”. Terlepas dari semua itu, proses ini bukanlah sekadar berbicara mengenai penghargaan  nilai historis suatu karya sendiri. Tetapi membuat dokumentasi hasil karya bisa menjadi jejak refleksi diri. Syukur-syukur karya yang terdokumentasi juga dapat dinikmati oleh orang lain. Karena bagi mereka, dokumentasi adalah hal yang perlu diutamakan. Dan tidak terlupakan bahwa, dokumentasi juga harus diikuti langkah selanjutnya, yaitu, menelaah, memaknai, dan menciptakan karya baru untuk tetap menjaga kewarasan dan kesadaran diri.
        
     Latar belakang apa yang membuat mereka memilih musik sebagai kegiatan?
     “Dengan melihat peristiwa di sekitar kami, kami jadi tahu, banyak saudara-saudara kita baik dengan senang maupun dengan terpaksa melakukan kegiatan agar sama dengan orang-orang di sekitarnya, agar dapat ikut nimbrung ke dalam obrolan suatu perkumpulan, atau agar tidak disebut ketinggalan jaman. Misalnya, seorang teman yang gemar menggambar tiba-tiba ikut bermain Mobile Legend hanya dikarenakan setiap dia berjumpa dengan orang-orang di komunitasnya selalu terdengar perbincangan seputar Mobile Legend. Dia yang saat itu belum ikut bermain, tidak paham apa yang diperbincangkan oleh teman sekumpulannya. Agar dapat tetap nyambung dengan teman-temannya, akhirnya dia memutuskan ikut bermain permainan online tersebut. Betapa menyedihkan, kegemaran menggambar akhirnya dikesampingkan. Berkuranglah satu pelukis muda Indonesia.
     Itulah mengapa kami bermain musik. Hanya sekadar menjaga kegemaran yang memang timbul dari dalam diri sendiri, dimana pada kebanyakan orang, kegemaran muncul karena terdominasi oleh tren. Seperti yang kita ketahui, tren akan selalu berubah setiap waktunya. Dan apakah kita akan selalu berpindah kegemaran karena tren? Apakah kita tidak boleh memiliki kegemaran yang tetap? Kebetulan, kami berdua mempunyai kegemaran yang sama, yaitu: berteater, menggambar, juga bermusik”, tutur Ihsan.

     Dalam berproses, Kakatuah telah berafiliasi dengan Teater Sandilara dan Keluarga Karawitan Kurawa. Meskipun tidak dengan sesama grup musik akustik, tetapi mereka merasa memiliki pandangan atau pola pikir yang sama dengan kedua kelompok tersebut. Kakatuah banyak belajar mulai dari pemaknaan tentang indie, masyarakat, pasar, atau sekadar memaknai persahabatan. Bersama dengan Teater Sandilara dan Keluarga Karawitan Kurawa, Kakatuah mendapatkan kekuatan besar untuk menyokong daya kreativitas dan produktivitas mereka. Ini adalah sumbangan besar bagi perjalanan Kakatuah. Bukan sokongan dana atau materi yang terpenting, tapi tawaran pemikiran, ide-ide kreatif, pemaknaan nilai-nilai, dan wacana dari kedua saudaranya itulah yang membuat Kakatuah terlahir dan tumbuh sampai sekarang.

     Beberapa karya Kakatuah yaitu: Sebermula Hanyalah Kabut, Seperti Jatuh Cinta, Orang yang Bulan dari puisi Kriapur, Bangku Kesepian dan Sajak Ungu dari puisi Olen Saddha, dan Meninabobokkan Luka dari puisi A. Della Nurhatika.        

     Mari belajar!


Roh
Rabu, 26 September 2018

No comments:

Post a Comment