Kakatuah adalah sebuah grup kecil yang
beranggotan dua orang. Angka dua adalah batas minimal sebuah grup dapat disebut
grup, apabila tidak ingin dikatakan pemain tunggal. Terbentuk pada 30 Desember
2017 di sebuah kedai kopi milik sahabat dan mulai berproses saat itu juga.
Sebulan sebelum akhirnya memutuskan berdua saja, sempat terpikir untuk membuat
formasi empat orang, di saat orang ketiga bergabung dan orang keempat tidak juga
muncul, maka rancangan proses dengan formasi tiga orang tercipta. Namun, di
awal jalan gugur satu. Akhirnya, dengan berdua saja mereka melangkah. Mereka
menyadari, di usia manusia yang mulai menginjak kepala dua atau lebih, membuat
sebuah kelompok tidaklah mudah. Tidak seperti ketika SMA. Dengan ini,
dimulailah perjalanan Ihsan Roh dan Laras Sahita.
Ihsan yang sudah sejak 2014 gemar
memusikalisasi puisi tersadar bahwa pendokumentasian karya adalah hal yang
penting. Kalau sastra dapat didokumentasikan menjadi buku atau bentuk tulisan
cetak yang lain, musik dapat didokumentasikan lewat bentuk rekaman suara. Bersama
Laras, Ihsan mulai merekam lagu-lagunya satu per satu. Bukan suatu yang mudah
memang, dengan perlatan mereka sendiri dan studio yang mereka desain sendiri,
beberapa buah lagu tersusun rapi dalam bentuk rekaman suara dan akan terus
berproses untuk menetaskan lagu-lagu berikutnya. Sepenggal lirik Silampukau
berjudul Doa 1 mungkin sedikit dapat menggambarkan tentang mereka, “Dana pas-pasan pokonya bikin rekaman”.
Terlepas dari semua itu, proses ini bukanlah sekadar berbicara mengenai
penghargaan nilai historis suatu karya sendiri. Tetapi membuat
dokumentasi hasil karya bisa menjadi jejak refleksi diri. Syukur-syukur karya
yang terdokumentasi juga dapat dinikmati oleh orang lain. Karena bagi mereka,
dokumentasi adalah hal yang perlu diutamakan. Dan tidak terlupakan bahwa,
dokumentasi juga harus diikuti langkah selanjutnya, yaitu, menelaah, memaknai,
dan menciptakan karya baru untuk tetap menjaga kewarasan dan kesadaran diri.
Latar belakang apa yang membuat mereka
memilih musik sebagai kegiatan?
“Dengan melihat peristiwa di sekitar kami,
kami jadi tahu, banyak saudara-saudara kita baik dengan senang maupun dengan
terpaksa melakukan kegiatan agar sama dengan orang-orang di sekitarnya, agar
dapat ikut nimbrung ke dalam obrolan
suatu perkumpulan, atau agar tidak disebut ketinggalan jaman. Misalnya, seorang
teman yang gemar menggambar tiba-tiba ikut bermain Mobile Legend hanya dikarenakan setiap dia berjumpa dengan orang-orang
di komunitasnya selalu terdengar perbincangan seputar Mobile Legend. Dia yang saat itu belum ikut bermain, tidak paham
apa yang diperbincangkan oleh teman sekumpulannya. Agar dapat tetap nyambung dengan teman-temannya, akhirnya
dia memutuskan ikut bermain permainan online
tersebut. Betapa menyedihkan, kegemaran menggambar akhirnya dikesampingkan.
Berkuranglah satu pelukis muda Indonesia.
Itulah mengapa kami bermain musik. Hanya
sekadar menjaga kegemaran yang memang timbul dari dalam diri sendiri, dimana
pada kebanyakan orang, kegemaran muncul karena terdominasi oleh tren. Seperti yang kita ketahui, tren akan selalu berubah setiap
waktunya. Dan apakah kita akan selalu berpindah kegemaran karena tren? Apakah kita tidak boleh memiliki
kegemaran yang tetap? Kebetulan, kami berdua mempunyai kegemaran yang sama,
yaitu: berteater, menggambar, juga bermusik”, tutur Ihsan.
Dalam berproses, Kakatuah telah
berafiliasi dengan Teater Sandilara dan Keluarga Karawitan Kurawa. Meskipun
tidak dengan sesama grup musik akustik, tetapi mereka merasa memiliki pandangan
atau pola pikir yang sama dengan kedua kelompok tersebut. Kakatuah banyak
belajar mulai dari pemaknaan tentang indie, masyarakat, pasar, atau sekadar
memaknai persahabatan. Bersama dengan Teater Sandilara dan Keluarga Karawitan
Kurawa, Kakatuah mendapatkan kekuatan besar untuk menyokong daya kreativitas
dan produktivitas mereka. Ini adalah sumbangan besar bagi perjalanan Kakatuah.
Bukan sokongan dana atau materi yang terpenting, tapi tawaran pemikiran,
ide-ide kreatif, pemaknaan nilai-nilai, dan wacana dari kedua saudaranya itulah
yang membuat Kakatuah terlahir dan tumbuh sampai sekarang.
Beberapa karya Kakatuah yaitu: Sebermula Hanyalah Kabut, Seperti Jatuh
Cinta, Orang yang Bulan dari puisi Kriapur, Bangku Kesepian dan Sajak
Ungu dari puisi Olen Saddha, dan Meninabobokkan
Luka dari puisi A. Della Nurhatika.
Mari belajar!
Roh
Rabu, 26
September 2018
No comments:
Post a Comment