Monday, 19 February 2018

Wedangan Teater II, Catatan 1

Catatan ini tidak dalam rangka berjanji pada siapapun dan juga tidak untuk menunjukkan bahwa wedangan teater melahirkan sebuah catatan. Hanya saya senang mencatat dan banyak mendapatkan manfaat dari catatan untuk saya pribadi dan kelompok. Sebab sebagaimana pilihan saya yang setuju untuk mengadakan Wedangan Teater ialah berdasarkan senang dan merdeka, bukan program kerja.

Maka.
Wedangan Teater, ketika hanya sekedar menjadi obrolan dan tidak melahirkan apapun, adalah tidak masalah bagi saya. Saya sedang tidak berada dalam posisi yang berkewajiban untuk mejanjikan apapun atau memprogramkan apapun di jagat perteateran Solo. Apalagi menyangkut urusan benak masing-masing yang hadir, biar merdeka saja. 

Sebab siapa saya? Kenapa saya harus menanggung janji manfaat dari obrolan? Kenapa saya harus mengambil beban di pundak untuk janji melahirkan ‘sesuatu’ dari obrolan antar kawan teater yang bernama Wedangan Teater?

Tetapi saya heran.
Ketika sebuah obrolan disebut sekedar obrolan, saya heran. Sebab, tidak hanya di ranah Wedangan Teater, saya kok selalu mendapatkan sesuatu dari sebuah obrolan. Entah itu dengan tukang duplikat kunci, tukang tambal ban, penjual kembang, orang gila. Saya tidak berniat untuk mewancarai atau bahasa kerennya observasi, hanya sekedar mengobrol, tanpa tendensi apapun. Tetapi selalu saya pada akhirnya mendapatkan pandangan baru, memperluas cakrawala saya. Termasuk beberapa hal dari dialog dengan Pak Gigok semalam.  

Begini saja.
Silahkan tidak mengambil apapun dari sebuah obrolan. Tetapi jangan pula mengira orang sebagaimana anda. Apa yang ada di dalam benak itu tak nampak. Tidak bisa kita menilai bahwa orang yang diam saja tidak mencatat dalam dirinya. Ah anda salah kira, bahwa situasi interaksi dialog itu hanya sekedar tertuang dalam lisan saja. Saat Pak Gigok berbicara, saat itu pula ada dialog dalam diri masing-masing, yang terpatik dari dialog Pak Gigok. Kan juga tidak harus orang menandakan dirinya paham atau mendapat sesuatu dengan semisal; mengangguk-anggukkan kepala atau mengungkapkan pertanyaan atau berteriak; saya dapat sesuatu!

Maka dari itu, saya tetap dalam pendirian saya; untuk tidak mendikte benak masing-masing. Jika datang untuk mengisi waktu luang, silahkan. Untuk menuntaskan ibadah srawung, ayo. Membunuh pekewuh, sumangga. Ingin belajar sesuatu, sangat mungkin! Dan jika ingin menjadikan obrolan itu sekedar obrolan, ya terserah.

Mari merdeka bung!

20 Feb. 18, 4.10 AM

Idnas Aral

No comments:

Post a Comment